Pascagempa 7,2 SR, Warga Labuha Mengungsi ke Dataran Tinggi
TERNATE – Warga Labuha, Ibu kota Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, yang bermukim di daerah pesisir mengungsi ke dataran tinggi di daerah tersebut.
Hal itu dilakukan pascagempa mengguncang daerah itu, Minggu (14/7/2019) petang pukul 18.28 WIT. Salah seorang warga Labuha, Muslim Pora, menyebut, gempa yang melanda terasa kuat sekali. Getarannya mengakibatkan pintu dan jendela rumah berbunyi keras.
Sementara gelas yang berada di atas meja berjatuhan ke lantai. Sesaat setelah terjadi gempa, warga Labuha langsung bergegas mengungsi ke daerah ketingggian, seperti daerah Hidayat dan Papaloang. Hal itu karena khawatir akan disertai dengan tsunami. “Warga yang mengungsi ada yang menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat, tidak sedikit pula yang berlari dengan membawa barang seadanya, semuanya warga terlihat sangat panik,” katanya.
Pengunjung di sejumlah pusat perdagangan di Labuha seperti di Pasar Habibi, juga langsung berhamburan pulang. Bahkan tidak sedikit yang langsung mengungsi ke ketinggian tanpa sempat pulang ke rumah.
Kepala BMKG Ternate, Kustoro, menjelaskan, gempa berkekutan Magnitudo 7,2 Skala Richter (SR), berpusat di sekitar Gane Barat. Lokasinya sekira 68 kilometer dari Kota Labuha dengan kedalaman 10 kilometer dari kota Labuha. Gempat tersebut tidak berpotensi tsunami.
Gempa tersebut dirasakan di Labuha 4-5 MMI dan di wilayah lainnya di Malut seperti di Kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Tengah. Bahkan dirasakan pula di Ambon dan Bitung.
“Gempa tersebut berkekuatan magnitudo 7,2 SR tidak menimbulkan berpotensi tsunami karena sifatnya berupa pergesaran lempeng, berbeda dengan gempa yang melanda di sejumlah wilayah di Malut pada Senin lalu berkekuatan Magnitudo 7,0 berpotensi tsunami karena sifatnya tumbukan turun,” jelasnya.