Mengenal Meteoroid, Meteor, dan Meteorit
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
“Bila terlihat cepat, artinya kecepatan jatuhnya tinggi. Apabila lambat, artinya kecepatan jatuhnya rendah. Untuk yang berkelebat panjang, bisa jadi materi meteor itu tahan panas sehingga proses pembakarannya lama. Kalau tampak sekedipan, artinya materi meteor tersebut rentan panas. Sehingga cepat terbakar,” urai Widya lebih lanjut.
Salah satu kejadian meteor yang menghantam bumi pada rentang waktu yang tidak terlalu lama adalah yang terjadi di Chelyabinsk Rusia pada tahun 2013.
“Menurut penelitian, diperkirakan diameter meteorit Chelyabinsk sebelum memasuki bumi berdiameter 15 meter. Walaupun lebih kecil dari meteorit Tunguska, yang berdiameter 40 meter, tapi ledakannya sempat melukai ratusan orang,” ujar Widya.
Beberapa kejadian meteor yang menghantam bumi dengan dampak besar adalah di Vredefort Afrika Selatan, Sudbury Kanada, Acraman Australia, Chicxulub Meksiko dan yang baru-baru ini adalah Teluk Great Australian Bigh.
“Di Indonesia pun ada beberapa kejadian jatuhnya meteorit. Misalnya yang pernah terjadi di Duren Sawit Jakarta. Ada juga meteor di Teluk Bone, yang sempat menggegerkan masyarakat sekitar karena getaran yang timbul setara dengan 50 ribu ton bahan peledak,” ucap Widya seraya menunjukkan meteorit Pasuruan koleksi Planetarium yang jatuh di kawasan Tambakwatu pada 14 Februari 1975.
Batu meteorit ini memiliki berat sekitar 10,5 kg dan berwarna hitam. Catatan juga menunjukkan meteor pernah jatuh juga di wilayah Gianyar Bali tahun 2008, di wilayah Bengkulu tahun 2015 dan di Klender Jakarta Timur tahun 1915.
Dari penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa meteorit secara umum mengandung batuan silikat yang digolongkan jenis aerolit.