BMKG: Musim Kemarau Lebih Kering 20 Persen

JAKARTA – Rapat Koordinasi Nasional Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), membahas persiapan antisipasi perubahan iklim yang dapat mempengaruhi ketahanan pangan.

“Yang dapat terganggu itu kan ketahanan pangan, kemudian juga ketahanan sumber daya air dan ketahanan energi, sehingga nanti kami akan bahas dengan kementerian lembaga yang terkait,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, usai pembukaan Rapat Koordinasi Nasional BMKG 2019, di halaman Istana Negara Jakarta, Selasa (23/7/2019).

Menurut dia, koordinasi dengan kementerian terkait, seperti Kementerian Pertanian, dapat menghasilkan rencana penyesuaian pola tanam atau penjadwalan penanaman komoditas, sehingga dapat lebih produktif.

Dwikorita menjelaskan, Rakornas BMKG 2019 mengangkat tema “Antisipasi Proyeksi Perubahan Iklim Hingga Tahun 2030, melalui Inovasi BMKG untuk Layanan Multisektor”.

Dia juga menambahkan, upaya untuk menurunkan dampak perubahan iklim, salah satunya yakni penanaman pohon atau penghijauan.

Penanaman pohon tidak hanya mampu menyerap emisi karbon untuk mengurangi dampak perubahan iklim, tetapi juga bisa menjadi “pagar hidup” untuk mengurangi laju gelombang tsunami di bibir pantai.

Dwikorita juga menjelaskan, masyarakat harus menyadari Indonesia berlokasi di kawasan cincin api, sehingga risiko bencana seperti gempa bumi, tsunami maupun gunung berapi, tanah longsor hingga banjir, tidak terhindarkan.

“Yang penting adalah mitigasi dan persiapan untuk menghadapi. Antisipasi dan adaptasi yang artinya kita harus sadari,” kata Dwikorita.

Terkait perubahan iklim, analisa BMKG mencatat tren peningkatan suhu udara sebesar 0,5 derajat celcius dari kondisi saat ini di Indonesia pada 2030.

Lihat juga...