Memahami Fenomena MJO Penyebab Hujan Ekstrem
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Masyarakat awam banyak yang mempertanyakan curah hujan yang begitu tinggi dalam beberapa hari terakhir. Salah satu yang paling terekspos oleh media adalah curah hujan tinggi di Konawe, Sulawesi Tenggara, yang mengakibatkan banjir besar.
Kasub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Siswanto, M.Sc., menjelaskan, bahwa fenomena ini dipicu oleh fenomena MJO atau Madden Julian Oscillation.
“MJO merupakan fenomena semi-musiman konveksi skala sinoptik, berupa pumpunan massa uap air berskala luas dan bergerak sepanjang bujur dari Samudra Hindia Barat hingga Samudra Pasifik Timur,” kata Siswanto, saat ditemui, Kamis (13/6/2019).

Fenomena ini pertama kali dikemukakan oleh Roland Madden dan Paul Julian, yang mulai menganalisa anomali zona angin di Pasifik. Mereka mulai mengumpulkan data-data tekanan di Canton Pasifik dan angin tinggi di Australia pada 1970.
Hingga awal 1980, perhatian pada fenomena MJO ini masih sangat sedikit. Baru pada 1982 hingga 1983, publikasi terkait MJO meningkat pesat.
Siswanto menjelaskan, bahwa MJO ini menjalar. Mulanya di Samudra Hindia Barat merambat ke timur sekitar ekuator, sampai Samudra Pasifik.
“MJO ini berulang tiap 30 hingga 90 hari sekali,” ujar Siswanto.
Ia menjelaskan lebih lanjut, bahwa lintasan jalar dan lama fase aktif pada daerah bujur tertentu bisa lebih cepat atau pun lebih lambat.