Meski Tidak Diupah, Eli Setia Jaga Menara di Batas Negara
Meski pemerintah belum memperhatikannya, Eli tetap berkomitmen untuk menjaga dan merawat aset negara itu. Keberadaanya untuk mencegah kerusakan dari tangan-tangan jahil. “Saya harus mengambil inisiatif, jangan sampai segelintir orang yang merencanakan kejahatan terhadap kedua aset ini, maka pasti saya yang dituduh. Saya merasa punya tanggung jawab sejak 1998 sampai hari ini. Karena kepercayaan yang diberikan dari Kepala Dusun untuk saya,” tandasnya.
Desa Eliasa, identik dengan menara mercusuar. Dari atas menara itu, kita bisa melihat siluet Kota Darwin (Australia) ketika air laut surut. Saat di lokasi menara, terlihat beberapa gazebo telah dibangun. Faslilitas tersebut dibangun oleh majelis gereja setempat. atas koordinasi bersama dengan pemerintah desa.
Sampai saat ini lahan milik Eli Amarduan belum pernah dibebaskan. Saat itu, hanya diberi uang sirih pinang sebanyak Rp50.000 kepada tiga adik kakak yang berada di desa Lingat, Werain dan Eliasa. Sejak dibangun sampai saat ini, tak ada perhatian dari Pemerintah. Sejauh ini, belum ada retribusi bagi pengunjung yang datang ke kawasan itu. “Hanya saya sendiri yang jaga dan amankan aset ini,” tandasnya.
Mantan Kepala Desa Eliasa, Rudi Amarduan, menyebut, kunci menara suar baru diserahkan secara resmi kepada Eli Amarduan saat Rudi menjabat sebagai Kades waktu itu. “Di 1998 itu, Desa Eliasa masih status dusun. Sebelumnya pagar menara di gembok mati. Lalu kunci dikasih ke Pak Eli itu di 2014 setelah rehab berat,” terangnya.
Sekretaris Desa Eliasa, Thomas Entamoi, yang dikonfirmasi mengaku telah berencana akan menarik kunci dari Eli demi memudahkan jika ada kunjungan. “Maksud Pemerintah Desa mau ambil itu menjaga kemungkinan ada tamu seperti ini, kita tidak cari-cari dia (Bapak Eli, red) lagi,” tandasnya.