Kisah Pak Harto Beri Bantuan Pembangunan Masjid di Kompleks Kraton

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Selain belum memiliki masjid, kawasan tersebut kala itu juga dikenal sebagai kawasan merah atau basis PKI.

“Dulu disini tidak ada masjid. Jika mau salat berjamaah, warga disini harus menggunakan salah satu bangunan Tamansari yakni Kedung Pengantin. Karena itu dengan adanya masjid, kita berharap masyarakat sekitar sini bisa lebih mengenal agama. Apalagi disini kan dulu daerah merah atau basisnya PKI,” ungkapnya, belum lama ini.

Pihak panitia pembangunan masjid yang diketuai kakak Sultan HB IX, GPBH Prabuningrat, kemudian mengusulkan pada pihak kraton rencana tersebut. Sri Sultan HB IX yang merupakan raja Kraton Yogyakarta, kala itu menyambut baik rencana tersebut. Sultan lalu mewakafkan sebidang tanah kraton miliknya.

Tak hanya itu, Sultan juga menunjuk R Ngabehi Mintobudoyo, yang merupakan arsitek resmi Kraton Yogyakarta, sebagai arsitek pembangunan masjid Soko Tunggal. Kala itu Sultan hanya berpesan agar masjid dibangun dengan gaya arsitektur khas Jawa.

“Masjid ini dibangun di atas tanah seluas 900 meter persegi yang merupakan wakaf dari Sri Sultan HB IX. Dulunya tempat ini merupakan kuburan kuda milik kraton,” kata Hadjir.

Meski telah mendapatkan lahan, pihak panitia, kala itu masih kesulitan merampungkan pembangunan masjid karena terkendala persoalan dana. Hadjir sebagai sekretaris panitia pembangunan masjid, kemudian berinisiatif untuk meminta bantuan dana langsung pada Presiden RI kala itu, HM Soeharto.

Foto kopi dokumen surat penyerahan bantuan dana tambahan pembangunan masjid Soko Tunggal – Foto: Jatmika H Kusmargana
Lihat juga...