Level Asia Tenggara, Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia Rendah

Editor: Satmoko Budi Santoso

YOGYAKARTA – Dosen FEB UGM, Gumilang Aryo Sahadewo, menyebut, tingkat produktivitas tenaga kerja di Indonesia selama ini dinilai masih cukup rendah jika dibandingkan dengan negara lain di sekitar Asia Tenggara.

Hal itu diperparah dengan adanya ketidakcocokan keterampilan yang didapat dari pendidikan dengan kebutuhan kerja dunia industri.

“Pendidikan dan industri seolah tidak sesuai sehingga perlu dijembatani dengan adanya pendidikan vokasi,” katanya dalam Diskusi yang bertajuk Meningkatkan Hasil Pasar Tenaga Kerja Muda dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi di ruang auditorium FEB UGM, Jumat (1/3/2019).

Masih rendahnya keterampilan kerja kaum muda di dunia industri, menurutnya disebabkan karena pendidikan selama ini justru paling banyak dibuka di lembaga pendidikan. Misalnya di bidang ilmu humaniora, hukum dan ilmu sosial mencapai 30 persen, sementara bidang ilmu teknik, sains dan teknologi masih minim.

“Bidang ilmu sains hanya 1,6 persen, bidang TIK 9,8 persen dan bidang teknik serta matematika 9,3 persen. Bandingkan dengan Malaysia sudah 18,3 persen dan Vietnam 21 persen,” katanya.

Dalam kesempatan itu, ia menilai, pemerintah mestinya perlu menambah jumlah balai latihan kerja (BLK) dalam memberikan keterampilan kerja bagi kaum muda. Pasalnya, hingga saat ini tercatat hanya ada 19 balai latihan kerja yang dikelola pemerintah pusat dan 284 balai latihan kerja yang dikelola pemerintah daerah.

“Itu belum ditambah kondisi BLK dengan kurikulum dan keterampilan yang masih tidak sesuai dengan kebutuhan industri,” katanya.

Meski begitu ia sendiri mengapresiasi, langkah pemerintah yang akan membangun 1000 balai latihan kerja berbasis komunitas dan ratusan balai latihan kerja di lembaga pendidikan pesantren.

Lihat juga...