Kualitas Udara Wilayah Riau Mulai Membaik

Editor: Koko Triarko

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho -Foto: M Hajoran

“Sortie tabur garam pertama di wilayah Pelalawan dan Indragiri Hilir sebanyak 800 kilogram, dan sisanya di Bengkalis dan Siak. Total NaCl yang telah dijatuhkan di wilayah Riau hingga Rabu (13/3) sebanyak 19.000 kilogram. TMC ini merupakan kerja sama antara BNPB, BPPT dan TNI AU,” ujarnya.

Sementara itu, kata Sutopo, Satgas Darat telah melakukan pemadaman titik api dan juga pendinginan atau mopping up di bekas area terbakar. Satgas darat tersebut, melibatkan banyak pihak, seperti BPBD di wilayah Riau, TNI, POLRI, Manggala Agni, masyarakat peduli api dan personel dari dunia usaha.

“Hasil penilaian luas lahan yang terbakar dari 1 Januari 2019 hingga hari 13 Maret 2019, seluas 1.823,91 hektare. Luas lahan terdampak paling besar di wilayah Bengkalis sebesar 1.015,5 hektare,” katanya.

Berikut luas lahan terbakar di wilayah Riau; Rokan Hilir 254,5 hektar (ha), Meranti 215,4 ha, Dumai 133 ha, Siak 70,75 ha, Indragiri Hilir 48 ha, Pelalawan 43 ha, Pekanbaru 21,76 ha, Kampar 19,5 ha, dan Indragiri Hulu 1,5 ha.

Menurut BMKG, tambah Sutopo, informasi cuaca yang terkait dengan tingkat kemudahan terbakar menunjukkan, bahwa wilayah Riau pada umumnya berada dalam kategori aman.

Sementara itu, berdasarkan pantauan per pukul 16.00 WIB, satelit NOAA meunjukkan jumlah titik panas atau hotspot di wilayah Riau nihil, sedangkan Terra/Aqua pada Kepulauan Riau 4, Bengkalis 1.

“Upaya pencegahan sangat penting dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan. Harus diakui, bahwa pemadaman karhutla menghabiskan banyak anggaran yang mencapai Rp1 triliun dalam satu tahun. Pencegahan selalu lebih murah dan efektif daripada pemadaman, untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan BNPB akan membentuk tim khusus,” ujarnya.

Lihat juga...