Pascatsunami Lamsel, Nelayan Bagan Apung Kembali Beroperasi

Editor: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Sejumlah nelayan bagan apung di dusun Minang Rua, desa Kelawi, kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan (Lamsel) mulai beroperasi.

Toni Setiawan, salah satu nelayan bagan apung menyebut, akibat tsunami pada Sabtu (22/12/2018) sebanyak 12 bagan di wilayah tersebut 9 di antaranya mengalami kerusakan. Selain itu kerusakan juga menimpa sebanyak  40 unit perahu.

Selama sebulan usai tsunami Toni dan beberapa nelayan memilih melakukan perbaikan secara swadaya hingga akhirnya bisa kembali melaut.

Toni Setiawan menyebut, sejumlah nelayan pemilik perahu sudah mulai beroperasi setengah bulan usai tsunami. Nelayan yang sudah bisa melaut di antaranya pemilik perahu yang mengalami kerusakan ringan sementara perahu rusak berat belum diperbaiki.

Khusus untuk nelayan bagan apung, Toni Setiawan mengaku, perbaikan dilakukan selama hampir satu bulan sejak awal Januari sehingga awal Februari bagan apung sudah bisa dibawa ke titik penangkapan ikan.

“Butuh waktu sebulan memperbaiki bagan congkel karena bagian rumah pada bagan hancur, blong atau drum hilang serta sejumlah kayu penopang patah,” terang Toni Setiawan, pemilik bagan yang akan berangkat melaut saat dikonfirmasi Cendana News, Sabtu petang (2/2/2019).

Perbaikan kerusakan pada bagan apung diakui Toni Setiawan, membutuhkan biaya berkisar Rp5 juta hingga Rp6 juta. Sebab sejumlah lampu penerangan untuk bagan apung disebutnya per lampu bisa mencapai harga Rp500 ribu belum termasuk kerusakan pada bagian drum.

Secara keseluruhan bagan apung terbuat dari konstruksi kayu, bambu, drum plastik dalam kondisi baru membutuhkan biaya sekitar Rp30 juta hingga Rp50 juta. Pemilik bagan apung menurutnya melakukan proses perbaikan secara swadaya dan gotong royong, menggeser bagan apung yang terseret ke daratan puluhan meter dari bibir pantai.

Lihat juga...