‘HEBAT’ Indonesia, Jadi Langkah Awal Optimalisasi Perawatan Pre-Hospital
Editor: Makmun Hidayat
Prof. Budi menjelaskan bahwa dalam tahap awal program HEBAT Indonesia, akan dimulai dengan studi formatif, yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor penyebab penundaan tahap pre-Hospital pada pasien SKA di Indonesia.
“Misalnya seperti edukasi untuk meningkatkan kesadaran pasien investasi terhadap sarana penunjang dan praktek kerja di lapangan yang dibutuhkan untuk mempersingkat penundaan tahap pre-Hospital pada pasien SKA,” sebutnya.
Diharapkan studi ini dapat mendorong pengembangan strategi inovatif untuk mengurangi penundaan yang akan berpengaruh pada pengurangan angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Studi formatif akan dilaksanakan kepada populasi pasien termasuk mereka yang mengalami nyeri dada akut yang kemudian didiagnosis sebagai SKA dan dirawat di unit gawat darurat. Data pasien akan dikumpulkan secara berurutan pada saat masuk keluar dan selama masa tidak lanjut. Proses pengambilan data akan dikumpulkan oleh enumerator terlatih dalam koordinasi dengan staf Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta.
“Ini bukan hanya tentang edukasi dan promosi kesehatan saja. Tapi tentang sistem pendukung yang ada dan intervensi yang lebih jauh lagi. Karena kita berbicara waktu detik per detik jika berkaitan dengan penyakit jantung,” tegas Prof. Budi.
Contoh sistem yang diharapkan akan berkembang, misalnya jika terjadi serangan, maka yang terkait hanya tinggal menekan tombol yang terkoneksi dengan pengiriman mobil ambulance yang memiliki fasilitas penanganan SKA.
PT AstraZeneca Indonesia, yang merupakan mitra Kementerian Kesehatan dalam upaya menangani penyakit tidak menular di Indonesia menunjukkan komitmennya dengan menyokong studi yang dilakukan oleh CHEPS.