Koperasi Liga Sirem, Dampingi Petani Lepas dari Ijon

Editor: Koko Triarko

BANYUMAS – Para petani penderes di Desa Sikapat, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, selama bertahun-tahun terjerat dalam lingkaran ijon.

Hasil olahan gula cetaknya harus dijual murah kepada tengkulak. Namun, kehadiran Koperasi Liga Sirem di tengah mereka, membawa perubahan. Para petani penderes pun kini mulai menatap pundi-pundi ekspor gula kristal organik.

Koperasi Liga Sirem yang diambil dari singkatan nama-nama desa sekitar, Limpakuwus, Gandatapa, Sikapat dan Siberem, mulai dirintis sejak 2005. Dua tahun kemudian, pada 2007, baru berbadan hukum secara resmi. Salah satu pendiri koperasi adalah Nasrudin, yang sekarang dipercaya sebagai manajer koperasi.

Awal terjun di gula kelapa, kondisi petani penderes masih memprihatinkan, tengkulak mengelilingi mereka, dari mulai skala kecil hingga besar.

Penderes kerja siang-malam, hanya untuk menyetor gula kelapa ke tengkulak dengan harga murah. Mereka begitu yakin, bahwa hasil kerja mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga harus bergantung pada tengkulak.

ʺTengkulak itu menjamur, dari mulai kelas kecil sampai kelas raksasa, tidak ada penderes yang lepas dari jeratannya. Misalnya, untuk skala kecil, penderes bergantung pada tetangga mereka yang membuka warung. Semua kebutuhan keluarga penderes tinggal mengambil dari warung tersebut dan dibayar dengan setoran gula saat panen nanti,” kata Nasrudin, Minggu (13/1/2019).

Sementara pada skala besar, lanjut Nasrudin, tengkulak membiayai semua kebutuhan insidental penderes, mulai dari hajatan, biaya untuk berobat saat ada yang sakit, untuk perbaikan rumah dan lain-lain. Sehingga jeratan tengkulak begitu kuat di kalangan penderes.

Lihat juga...