Animator: Di Era Industri 4.0, Pasar Animasi Terbuka Lebar
Redaktur: ME. Bijo Dirajo
“Bagi saya pribadi, untuk memulai tidak perlu orang yang jago gambar atau jago animasi, karena sudah banyak. Tetapi yang jago ngumpulin semua untuk menjadi sebuah project yang berkelanjutan itu masih kurang,” akunya.
Jadi orang-orang yang mampu mengemas semua agar bisa menjadi sebuah produk inilah yang masih kurang, tambahnya.
Sementara itu, ketua panitia, Dr. M. Khusaini mengatakan, acara Brawijaya Youth Economic Forum sengaja diselenggarakan sebagai wadah bagi para mahasiswa untuk mengkolaborasikan ide-ide kreatif demi kemajuan Indonesia maupun kawasan Asia Pasifik.
“Pada event ini kita disain untuk dilaksanakan selama dua hari. Dimana pada hari pertama kita sebut dengan CEOlution dengan mengundang para CEO muda yang diharapkan mampu menginspirasi mahasiswa, terutama untuk menghadapi pasar kerja di era revolusi industri 4.0,” terangnya.
Sementara itu di hari kedua sengaja di disain lebih menarik lagi yakni melalui sesi networking dengan mengajak para peserta ikut studi banding ke beberapa kampung tematik di Malang, yang bertujuan agar peserta bisa memahami dan bertukar pendapat antar peserta.
“Dari situ diharapkan bisa terjalin kolaborasi antar peserta, sehingga ke depan mahasiswa UB bisa memiliki wawasan yang lebih luas,” ungkapnya. Para peserta ada yang berasal dari Belanda, Selandia Baru, Rusia, India, Korea, termasuk juga mahasiswa yang berasal dari Indonesia sendiri,” pungkasnya.