WTM: Banyak Gapoktan di Sikka tak Berjalan
Editor: Koko Triarko
MAUMERE – Pada 2008, pemerintah secara nasional mengumumkan pembentukan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Tetapi, orientasi pengembangannya tidak disesuaikan dengan kondisi berbeda di setiap daerah.
“Banyak gapoktan di kabupaten Sikka, setelah itu tidak berjalan seiring dengan macetnya kredit koperasi tani. Hal ini karena orientasi bisnis belum tepat bagi masyarakat tani di Sikka,” sebut Carolus Winfridus Keupung, Direktur Wahana Tani Mandiri (WTM), Senin (24/12/2018).
Selama ini, kata Wim, sapaannya, kelembagaan petani cenderung hanya diposisikan sebagai alat untuk mengimplementasikan proyek belaka. Belum sebagai upaya untuk pemberdayaan yang lebih mendasar.

Dengan demikian, pengembangan Gapoktan di setiap desa, harus menggunakan basis sosial kapital setempat, dengan prinsip otonomi daerah, pemberdayaan dan kemandirian lokal. Tidak heran banyak Gapoktan yang tidak aktif, karena fokus pengembangannya pada penyaluran dana kredit pertanian.
“Menyikapi persoalan Gapoktan tersebut, WTM sebagai organisasi masyarakat sipil di Sikka yang mengagas pengembangan Gapoktan pada 1995 di kecamatan Mego dan Tanawawo, berupaya untuk membangun kembali organisasi Gapoktan,” terangnya.
WTM memandang, Gapoktan merupakan organisasi milik petani di desa yang sangat bagus untuk menyokong pengembangan usaha tani. Untuk itu, Gapoktan yang selama ini mati suri perlu dihidupkan kembali.
Thobias Towa, ketua kelompok Tani Baru dalam pertemuan Gapoktan Kaletaumbale di desa Renggarasi mengatakan, banyak petani yang menjadi petani sudah bertahun-tahun, tetapi masih awam soal ilmu pertanian yang benar, seperti bagaimana pembasmian hama putih yang menyerang padi petani saat ini.