Viu Indonesia dan Mimpi Besar Kuasai Industri Film Dunia

Editor: Mahadeva WS

Nantinya, di setiap kota harus menghasilkan satu film pendek, minimal berdurasi 10 menit. Dengan demikian, akan ada 17 film pendek, yang akan ditayangkan bersamaan pada Maret 2019 di Viu dan bisa ditonton di seluruh dunia. “Kriteria penilaian film yang diproduksi yakni, harus syarat muatan lokal, sumber daya lokal baik alam, manusia, kebudayaan. Juga memiliki daya tarik internasional yang diukur dari banyaknya penoton,” bebernya.

Satu orang anak, disebut Myra, akan dipilih untuk melanjutkan S1 atau S2 sinematografi selama empat tahun di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dengan beasiswa dari Viu. Selama kuliah, akan mendapatkan kesempatan bekerja secara lepas menjadi asisten eksekutif produser Viu Originals. Selama program, anak-anak akan memproduksi sendiri filmnya selama sebulan penuh, dan biaya semuanya ditanggung Viu, termasuk kebutuhan peralatan. Sementara segala ide, naskah hingga pembuatannya, diserahkan kepada anggota kelompok.

Tema yang diangkat Viu Indoensia di tahun akademis 2018-2019 adalah, Urban Legend. Cerita lokal yang diangkat dan dikemas sedemikian rupa, sehingga memiliki daya tarif internasional. Keunikannya serta kearifan budaya, tetap terjaga, sementara kekayaan sumber dayanya juga terekspos. Setelah sebulan menjalankan project Viu, anak-anak muda tersebut akan menjadi duta dan mentor, bagi perfilman generasi berikutnya. Sehingga ke depan, tidak lagi membutuhkan Viu, untuk memberikan pembekalan dan supervisi.

“Pemilihan 17 kota dalam program ini bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif. Dimana Bekraf memiliki komisi film daerah. Daerah-daerah mana saja yang memiliki potensi dan komunitas yang kuat namun tidak memiliki wadah menyalurkannya,” paparnya.

Lihat juga...