Prof. Dr. Amir Syarifuddin: Guru Agama itu Hebat
Editor: Satmoko Budi Santoso
Artinya, hal yang demikian suatu gambaran, bahwa profesi sebagai guru agama kurang menarik dan kurang mendapat tempat di hati sebagian masyarakat. Inilah salah satu yang melatarbelakangi penulisan buku tersebut.
“Padahal kalau diingat-ingat, melalui profesi sebagai guru, saya bisa berkeliling dunia, ceramah di New York, Philadelphia, dan Washington DC Amerika Serikat. Bahkan saya pernah berceramah dalam Sidang Senator Belanda ketika pertanggungjawaban Ratu Juliana,” imbuh Prof. Amir.
Dari pengalamannya yang dituliskan, menjadi bagian cerita di dalam buku tersebut. Menjadi guru agama bukanlah pekerjaan yang bisa diremehkan. Menjadi guru agama, berarti guru itu mengajarkan agama Islam ke banyak orang. Pendidikan seperti itu, bentuk pekerjaan yang mulai, karena mengajak atau menunjukkan para mahasiswa menuju jalan yang benar.
“Guru agama itu bagi saya pekerjaan yang mulia. Bahkan saya sangat senang jika bertemu dengan guru – guru agama lainnya. Karena akan ada diskusi dan bertukar pendapat. Artinya, guru agama itu memiliki amanah yang mulia,” ucapnya.
Sementara itu, Wakil Rektor III Dr. Ikhwan, SH, M. Ag menyampaikan, bahwa begitu penting menghormati dan menghargai seorang guru. “Saya masih ingat bagaimana situasi kelas ketika mengikuti perkuliahan bersama Prof. Amir,” ujarnya.
Wakil Rektor ini juga menyampaikan sepotong hadis Rasulullah SAW yang artinya: “Tidak termasuk kelompok kami orang yang tidak menghormati orang yang lebih besar, tidak menyayangi orang yang lebih kecil dan tidak pandai menempatkan orang alim”.
Umar Ibnu Khattab mengatakan: “Bersikap baiklah kamu terhadap orang-orang yang kamu pernah menuntut ilmu darinya.