Peneliti LIPI Sebut Afrika Pasar Potensial Baru Indonesia
“Kalaupun kita mau masuk ke pasar nontradisional, itu juga persaingan yang cukup berat, apalagi kalau kita lagi-lagi hanya mengandalkan ekspor tradisional yang berbasis natural resources,” katanya.
Helmy juga melontarkan kritikan kepada pemerintah yang dinilainya tidak menggarap pasar Afrika dengan serius. “Dalam kenyataannya sampai saat ini jumlah atase perdagangan dan ITPC (Indonesia Trade Promotion Center) di Afrika, di Nigeria, Afrika Selatan, jumlah kedutaan juga tidak meningkat dari akhir tahun 60-an,” sebutnya.
Hal tersebut membuat Indonesia kalah dari Cina dalam hal investasi di Afrika. Ia membandingkan jumlah perusahaan Cina yang sudah berekspansi ke Afrika.
“Ada sekitar 400 perusahaan Cina yang masuk ke Ethiopia, kita bandingkan dengan yang ada di Indonesia, hanya sekitar 10 (perusahaan) itupun kecil-kecil,” katanya.
Helmy menambahkan sebenarnya pemerintah sudah berupaya membentuk forum kerja sama dengan Afrika sejak April 2018. Namun demikian dalam pembangunan infrastruktur di Afrika, Indonesia masih dikalahkan kekuatan lobi Pemerintah Cina.
“Di Afrika, Cina berhasil membangun narasi tentang kebutuhan infrastruktur, karena kemudian yang turut berperan di sana tidak hanya Cina tapi juga African Development Bank, World Bank dan sebagainya turut membiayai narasi pembangunan yang muncul ini,” terangnya.
Ia meminta pemerintah meningkatkan upaya diplomasi di bidang ekonomi agar produk dan perusahaan Indonesia mampu masuk ke negara-negara pasar non tradisional.
“Itu tidak bisa kita lakukan kalau diplomasi ekonomi kita jalan seperti biasa, perlu usaha yang luar biasa,” lanjutnya. (Ant)