Masjid Pangeran Diponegoro TMII, Wujud Penghargaan Ibu Tien untuk Pahlawan Nasional
Redaktur: ME. Bijo Dirajo
Pangeran Diponegoro dipilih untuk nama masjid, menurutnya, karena pertimbangan untuk mengabdikan nama seorang tokoh pahlawan nasional. Tokoh ini pun adalah pemimpin agama Islam yang bersama masyarakat Yogyakarta sangat gigih melawan penjajah Belanda.
“Masjid ini dibangun Ibu Tien, tujuannya untuk mengenang jasa pahlawan Pangeran Diponegoro yang dengan gigih menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan bersama masyarakat Yogyakarta melawan penjajah VOC atau Belanda,” tandasnya.
Masjid Pangeran Diponegoro ini terdiri dari dua lantai. Lantai pertama untuk para jamaah menunaikan shalat. Tempat wudhu, kamar mandi, ruang tunggu, gudang, dapur, dan toko souvenir kaligrafi dan kelengkapan ibadah tersaji di lantai satu masjid ini.
Sedangkan lantai dua, jelas dia, yaitu tempat imam, khatib, dan mihrap. Serta menara berbentuk kubah ketinggian 26 meter untuk mengumandangkan adzan.
Masjid Pangeran Diponegoro dapat dipergunakan pengunjung dan masyarakat sekitarnya, juga karyawan TMII untuk menunaikan salat dan kegiatan lainnya, seperti perayaan hari besar keagamaan, ceramah, kajian agama dan belajar Al Qur’an.
“Setiap Selasa malam Rabu, ada pengajian Asmanul Husna, pesertanya karyawan TMII dan masyarakat sekitarnya,” ujar Agus.
Namun, sebut dia, untuk hari-hari besar, seperti Idul Fitri dan Idul Adha, pelaksanaan dilakukan di Plaza Tugu Api Pancasila.
“Salat taraweh sebulan penuh dengan menghadirkan penceramah keagamaan. Yang bertujuan untuk menambah pengetahuan ilmu agama. Takjil gratis pun tersaji untuk buka puasa serta santunan untuk kaum dhuafa,” ujarnya.
Selain kegiatan rutin keagamaan, menurutnya, Masjid Pangeran Diponogoro dapat digunakan untuk akad nikah, yang dilanjutkan dengan syukuran. Baik secara sederhana maupun meriah dengan menambahkan tenda di halaman masjid.