Kasus Perdagangan Satwa Liar Meningkat
Editor: Mahadeva WS
Untuk pengaplikasian aturan tersebut di daerah, Haryono menyebut, saat ini ada Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), yang sedang dilakukan oleh pemerintah daerah. Penelitian dilakukan untuk mengkaji, apakah pembangunan disuatu tempat, memiliki potensi merubah keseimbangan ekosistem atau tidak. Setiap pembangunan berdampak, namun harus ada upaya untuk meminimalisirnya.

Aplikasi genetika, tidak hanya membantu untuk penegakan hukum. Tetapi juga dapat digunakan untuk konservasi satwa liar. “Kita menggunakan aplikasi ini sebagai alat untuk mengidentifikasi, untuk memastikan, apakah spesies yang diperdagangkan berasal dari mana, dan apa statusnya. Apakah dilindungi atau tidak. Aplikasi ini juga dapat digunakan untuk memprediksi populasi spesies. Misalnya rasio antara jantan dan betina yang akan mempengaruhi kebijakan dalam pengelolaan habitat dari spesies tersebut,” tutur Direktur Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia, Noviar Andayani.
Penelitian yang berbasis pada DNA tersebut, dilakukan dengan mengambil sumber seperti darah, rambut, kotoran, urin tulang dan juga air liur. Kolaborasi dari semua pihak, sangat dibutuhkan pada pengaplikasian metode berbasis genetika tersebut. “Kita bukan hanya bicara tentang sumber daya peneliti saja, tapi juga alat-alat untuk melakukan penelitiannya. Jika hasil teknologi DNA ini bisa maksimal maka akan menjadi salah satu yang memperkuat penegakan hukum dan kebijakan pemerintah,” pungkasnya.