Geliat Kalsel Setelah Terpuruknya Sektor Tambang

Pertanian bawang merah, Ilustrasi -Dok: CDN

BANJARMASIN – Perlahan tapi pasti, Kalimantan Selatan mulai bangkit dari keterpurukan ekonomi pascaanjloknya sektor pertambangan yang terjadi sejak beberapa tahun terakhir.

Anjloknya harga tambang batu bara yang membuat pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan berada di titik bawah, dari sebelumnya 7 persen menjadi hanya sekitar 3 persen, seakan menyadarkan seluruh pihak terkait dari indahnya mimpi panjang perekonomian daerah.

Pemerintah provinsi, kabupaten dan seluruh pihak terkait, terus berjuang menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi baru nontambang, yang sebelumnya nyaris tidak dilirik masyarakat.

Semangat pemerintah, perbankan dan lainnya, melalui berbagai kebijakan pembangunan nontambang, seakan gayung bersambut dengan semangat masyarakat yang ingin membangun sektor lainnya.

Sejak tiga tahun terakhir, pusat pertumbuhan ekonomi baru, baik itu pariwisata, pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan lainnya, terus bergeliat dan tidak terbendung.

Seperti di Kabupaten Tapin, yang awalnya merupakan salah satu daerah tambang terbesar di Kalsel, mulai gencar mengembangkan sektor hortikultura.

Hasilnya, sejak 2018, Tapin sukses mengekspor bawang merah ke beberapa negara. Padahal, tahun-tahun sebelumnya, Kalsel selalu mendatangkan bawang merah dari berbagai provinsi di Nusantara, bahkan dari luar negeri.

Tentu, hal tersebut menjadi prestasi yang cukup membanggakan, yakni Kalsel yang sepanjang sejarah tidak pernah memiliki dan mengembangkan tanaman bawang merah, tiba-tiba saat itu sudah bisa mengekspor.

Ya, geliat Kalsel seakan tidak terbendung lagi, kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan untuk pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, seperti terus tumbuh dan menyeruak dari seluruh masyarakat.

Lihat juga...