Kualitas Dokter di Indonesia, Stagnan

Editor: Koko Triarko

Praktisi kedokteran senior Jember, dr. Murod, -Foto: Kusbandono
JEMBER – Kualitas profesi dokter atau tenaga medis, terutama di Jember, mengalami perkembangan stagnan. Faktor kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah, menjadi penyebab dominan terhadap stagnannya kualitas profesi dokter. Lulusan tenaga medis saat ini hanya mentereng di atas kertas, ketimbang empirisnya di lapangan.
Menurut praktisi kedokteran senior di Jember, dr. Murod, profesi kedokteran yang mayoritas memiliki dasar pendidikan S-1 Kedokteran tidak diimbangi dengan jenjang pendidikan atau praktik lanjutan yang memadahi. Sehingga, ilmu kedokteran yang dimiliki saat ini sulit untuk bisa bersaing dengan sejumlah dokter dari negara tetangga.
“Profesi dan gelar kedokteran kita saat ini, dari pengamatan dan penilaian saya sangat kurang dari kata ideal. Mengapa demikian? Karena ketika kita berbicara soal jenjang pendidikan S-1 saja tidak diimbangi dengan praktik yang memadahi. Padahal, idealnya ketika menyandang profesi atau pun gelar dokter harus melekat antara teori dengan praktik”, jelas Murod, kepada Cendana News, Jumat (2/11/2018).
Murod juga mengatakan, secara kuantitas jumlah lulusan dokter jauh mengalami perkembangan yang cukup signifikan, dengan diimbangi semakin banyak lembaga pendidikan tinggi yang membuka fakultas kedokteran serta menghasilkan lulusan yang secara akademik memiliki prestasi cukup baik. Namun, dalam kualitas keilmuan di bidang kedokteran masih tertinggal.
“Kenyataan di lapangan, tenaga medis kita ketika bersentuhan dengan salah satu penyakit kronis, jantung dan ginjal, misalkan, kita harus merujuk ke Jakarta, dan itu pun harus antre dari sekian banyak daerah. Apalagi, untuk penyakit jantung. Indonesia sampai saat ini belum bisa melakukan transpalasi jantung. Karena itu, kita harus pergi ke Singapura atau ke negara lain. Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian Pemerintah kita, agar tenaga medis kita tidak stagnan”, tandasnya.
Lebih lanjut, dr. Murod, menjelaskan, tenaga medis harus memiliki Internship di bawah asuhan para dokter spesialis atau harus memiliki rumah sakit sendiri khusus untuk Teaching Hospital, atau setara dengan perguruan tinggi spesialis. Sehingga, pengembangan kualitas tenaga medis dapat terkatrol secara bertahap.
“Jika kita melihat histori Indonesia, harusnya kita sangat mampu untuk bersaing dengan dunia kedokteran negara lain, dengan catatan khusus, jangan pernah melupakan para pensiunan dokter-dokter hebat asli Indonesia. Kita memiliki banyak pensiunan dokter hebat, namun sayangnya mereka sudah terbuang begitu saja usai memasuki masa pensiun. Cobalah, Pemerintah kita sejenak merefleksi betapa pentingnya tenaga medis kita atas perhatian guru-guru besar kita yang sudah purna tugas”, pungkas dr. Murod.
Lihat juga...