Kargo Bandara Ngurah Rai Hanya Berkapasitas 50 Ton

Editor: Satmoko Budi Santoso

Sementara itu, Ruli Tri Cahyono, yang hadir sebagai narasumber dalam FGD mengatakan, Indonesia tak diminati oleh konsumen kargo. Ruli mengatakan, dalam bisnis kargo konsumen melihat fasilitas dan nilai value for money yang tinggi.

“Untuk mencapai potensi seperti Singapura misalnya, tentu saja yang harus diperhatikan adalah fasilitas. Bukannya kita tak mau (baik pemerintah maupun operator), tetapi kita harus bekerja keras sehingga konsumen dengan sendirinya mau untuk di Bali,” ujar Dosen Teknik Industri ITB, ini.

Director Cargo Terminals and Regulated Agents PT Angkasa Pura Logistics, Ahmad Munir, menambahkan, selain masalah fasilitas, Indonesia tak dipilih tak terlepas dari letak geografis. Ahmad Munir, mengatakan, letak geografis yang membuat bandara Singapura rute ke seluruh dunia ada semua.

Sementara di Indonesia bandara yang memiliki rute ke seluruh dunia masih kurang. Sementara, distribusi barang juga ke seluruh dunia. Itulah keuntungan dari letak geografis.

Namun, untuk Indonesia bisa menyaingi Singapura melalui bandara di Batam, Jakarta, Ujung Pandang, dan Bali, kalau rutenya bertambah, tarif murah, dan cepat. Pasti bisa mengalahkan Singapura.

“Di Singapura ground time-nya cukup lama. Karena banyak yang antre dan faktor lainnya. Selain itu tempat kargonya jauh dari parkir. Kalau bandara di Indonesia lebih mempercepat waktu dan diiringi dengan fasilitas yang memadai, Indonesia akan bisa bersaing dengan negara lain,” pungkas Munir.

Lihat juga...