Aktivitas GAK Mulai Berimbas ke Usaha di Pesisir Lamsel
Editor: Mahadeva WS
Usaha kuliner khas laut yang dimiliki Nurlela dan pelaku usaha lainnya, rata-rata bisa beromzet Rp500ribu hingga Rp1 juta perhari. Namun semenjak GAK erupsi, kunjungan ke Pulau Mengkudu, Batu Lapis menurun, dan omzet usaha ikut turun mencapai Rp100 ribu perhari. Informasi bencana gempa bumi disertai tsunami, disebut Nurlaela, mempengaruhi kunjungan wisatawan. Pesona pesisir pantai dan pulau, menjadi andalan wisata di wilayah tersebut.
Berbeda dengan Nurlaela dan pedagang di Pantai Kunjir Rajabasa, semenjak GAK erupsi, pemilik usaha di pantai Minang Rua justru mengalami peningkatan omzet. Lokasi pantai yang sejajar dengan GAK menarik minat warga untuk berkunjung melihat erupsi GAK.
Mian, pemilik villa dan usaha kuliner di Pantai Minang Rua menyebut, erupsi GAK menjadi daya tarik wisatawan. Beberapa pengunjung menginap di villa dengan sewa Rp250ribu permalam, hanya untuk melihat erupsi GAK. “Saat kondisi cuaca cerah, lava pijar bisa terlihat dari lantai dua villa, sehingga menjadi daya tarik,” ujar Mian.
Salah satu keistimewaan Pantai Minang Rua di Desa Kelawi Kecamatan Bakauheni, pengunjung bisa melihat secara langsung visual keluarnya asap kelabu dari kawah GAK. Hanya saja, Mian tidak menampik, sejumlah pelaku usaha seperti penyewaan perahu bagi wisatawan ke GAK saat ini tidak beroperasi. Hal itu dikarenakan, wisatawan dilarang mendekat ke area radius dua kilometer dari GAK.
Subawi, seorang penjaga pantai menyebut, aktivitas vulkanik GAK justru menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Pantai Minang Rua. Pelatihan Search and Rescue (SAR), sekaligus mitigasi bencana, terkait resiko bencana akibat gunung berapi, gempa, tsunami telah diberikan kepada warga setempat. Peralatan keselamatan yang memadai juga telah disediakan di pantai tersebut. “Harapan kami bencana alam tidak terjadi di wilayah pesisir sehingga sektor wisata tetap menjadi penopang usaha bagi kami,” beber Subawi.