Harga Pakan Ikan dan Ternak di Lamsel Masih Tinggi

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Pemilik usaha peternakan unggas dan budi daya ikan air tawar di Lampung Selatan, masih harus bertahan dari tekanan dampak pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
Tukimin, salah satu pemilik usaha kecil pemijahan,pembesaran ikan konsumsi jenis lele, gurami dan lele, menyebut pelemahan rupiah terhadap dolas AS menyebabkan kenaikan harga pakan ikan ukuran biasa, sedang hingga premium, sejak tiga bulan lalu.
Tukimin biasa membeli pakan ukuran besar untuk indukan dan ukuran kecil untuk ikan yang baru dipijahkan. Pakan atau pelet itu dibeli per karung isi 30 kilogram, dengan harga menyesuaikan merk, dengan selisih antara Rp20.000 hingga Rp30.000 per karung.
Tukimin, [Foto: Henk Widi]
Namun, kenaikan harga pakan ikan tersebut tidak serta merta membuat dirinya menaikkan harga jual ikan benih maupun konsumsi.
“Perubahan harga pelet ikan yang sebagian merupakan produk impo,r otomatis mengikuti pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Harga sudah naik dari distributor,” beber Tukimin, Selasa (18/9/2018).
Anggota kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) Way Muloh, Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan, itu menyebut, saat ini harga pakan ikan per karung isi 30 kilogram, naik dari Rp275.000 menjadi Rp290.000. Pakan ini biasa digunakan untuk ikan pascapemijahan. Harga pakan ukuran sedang semula Rp290.000, kini menjadi Rp310.000 per karung.
Selain pakan dalam bentuk jadi, ia juga kerap membeli tepung ikan sebagai asupan tambahan untuk ikan usia 30 hari sesudah pemijahan. Harga tepung ikan tersebut dijual dalam kemasan seberat 10 dan 20 kilogram, dengan harga semula Rp60.000, naik menjadi Rp80.000.
Tepung ikan tersebut dipergunakan sebagai campuran pembuatan pakan mandiri dicampur bekatul atau dedak penggilingan padi, tepung roti serta keong mas.
Tukimin juga kerap membeli ikan asin sampah hasil sortiran pembuat ikan asin dan digiling sebagai tambahan campuran pakan ikan. “Pemilik usaha kecil budi daya ikan seperti saya harus pandai menyiasati kenaikan harga pakan, agar produksi tidak menurun,” beber Tukimin.
Siasat mengurangi pengeluaran pakan juga dilakukan dengan menggunakan pakan organik, berasal dari daun pepaya, daun talas, daun ubi jalar yang diberikan untuk ikan dewasa jenis gurami, lele dan nila.
Pakan pabrikan dipergunakan untuk pembesaran ikan, dengan perhitungan satu kilogram pakan untuk pembesaran ikan satu kilogram ikan lele sebanyak 12 ekor.
Pemilik usaha budi daya ikan air tawar lainnya, Rahmat, menyebut, dari kenaikan harga pakan tersebut, ia hanya dapat menaikkan harga jual ikan sebesar Rp1.000 hingga Rp5,000 per kilogram. Sebab, sebelumnya harga ikan lele konsumsi dijual Rp16.000, naik menjadi Rp18.000 per kilogram.
Rusli, peternak ayam di Bakauheni, Lampung Selatan [Foto: Henk Widi]
Ikan nila semula Rp18.000, naik menjadi Rp20.000 per kilogram, dan ikan gurami semula Rp45.000 naik menjadi Rp50.000.
Kenaikan harga jual ikan ini, menurutnya, juga dipengaruhi oleh musim kemarau yang menyebabkan minimnya sumber air.
“Beberapa pemilik usaha kecil pembesaran ikan tidak berproduksi, karena kekeringan. Imbasnya pasokan dari daerah lain berkurang, sehingga harga ikan naik,” beber Rahmat.
Rahmat menyebut, kenaikan harga ikan terjadi pada ikan siap konsumsi, sementara untuk benih belum ada kenaikan. Benih ikan lele ukuran 7 cm masih dijual Rp250.000 per seribu ekor, atau seharga Rp250 per ekor, benih ikan nila Rp300.000 atau Rp300 per ekor dan benih ikan gurami Rp1 juta per seribu ekor atau Rp1.000 per ekor seukuran ibu jari orang dewasa. Benih ikan dijual dengan harga tetap, karena akan dibesarkan kembali oleh pemilik usaha pembesaran ikan.
Hal serupa juga terjadi pada pakan ayam. Rusli, salah satu pemilik usaha ayam kampung dan ayam bangkok di Bakauheni, menyebut kenaikan harga pakan ayam sudah terjadi tiga bulan sebelumnya.
Ia menyebut, kenaikan harga rata-rata berkisar Rp200 hingga Rp300 per kilogram. Khusus untuk harga ayam pedaging (broiler) saat ini dijual seharga Rp6.500 hingga Rp6.8000 per kilogram, sementara pakan ayam petelur (layer) sebesar Rp5.500 hingga Rp5.800 per kilogram.
Kenaikan harga pakan tersebut, terjadi karena pakan ayam sebagian besar bahan bakunya impor. Naiknya harga pakan ini, membuat Rusli hanya membeli pakan untuk ayam yang baru menetas. Sebagian untuk ayam yang sedang dalam masa pertumbuhan dan pembesaran. Sementara, penggunaan pakan alami dari dedak dan jagung yang ditumbuk menjadi solusi kenaikan harga pakan tersebut.
“Sebagian ayam yang saya pelihara merupakan jenis bangkok dan dijual sebagai bibit sebagian ayam kampung dijual untuk konsumsi,” beber Rusli.
Pedagang pakan di pasar tradisional Pasuruan, Sumino, menyebut, hingga Selasa (18/9) ini, 1 dolar AS sama dengan Rp14.890,05, sehingga masih mempengaruhi harga pakan.
Menurutnya, kenaikan harga pakan ikan dan unggas berlangsung secara bertahap. Ia mengatakan, harga pakan ikan masih stabil saat rupiah masih senilai Rp13.000 per 1 dolar AS.
“Kenaikan harga sudah dari distributor, karena saya kerap membeli dalam ukuran karungan, lalu dijual eceran,” beber Sumino.
Dampak harga naik pemilik usaha budi daya ikan dan unggas disebutnya kerap mengurangi pembelian pakan. Sebagian pembeli disebutnya justru membeli bubuk ikan untuk digunakan sebagai campuran pakan mandiri, dibandingkan membeli pakan jadi.
Ia berharap, harga pakan segera turun agar konsumen di sektor usaha budidaya ikan dan unggas tidak gulung tikar.
Lihat juga...