Lebih Menguntungkan, Petani Beralih Tanam Timun

Editor: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Musim kemarau yang melanda wilayah Lampung Selatan berimbas sejumlah lahan pertanian mengalami kekeringan.

Lahan pertanian di Desa Hargo Pancuran, Desa Kerinjing, Kecamatan Rajabasa, dan Desa Totoharjo, yang semula ditanami padi bahkan telah diubah menjadi lahan pertanian hortikultura di antaranya sayuran kacang panjang, sawi, terong dan beragam sayuran lain. Sebagian petani bahkan dominan melakukan penanaman timun benih.

Rujito (59), salah satu petani di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, pemilik lahan seluas satu hektar mengaku, berhenti menanam padi sejak setahun terakhir. Ia menyebut, selama menanam padi varietas Ciherang dengan mengandalkan Sungai Way Andeng kerap mengalami serangan hama penyakit.

Pola tanam tidak serempak disebutnya menjadi penyebab sebagian petani gagal panen ditambah musim kemarau yang melanda wilayah tersebut.

Edi melakukan proses penyerbukan atau perkawinan bunga timun benih untuk menghasilkan biji timun benih [Foto: Henk Widi]
“Pertimbangan faktor gagal panen saat menanam padi, banyak petani menanam sayuran. Lalu ada tawaran dari produsen benih timun untuk melakukan kemitraan sehingga banyak petani beralih dari menanam padi ke tanaman timun,” terang Rujito, salah satu petani penanam timun benih di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, saat ditemui Cendana News, Senin (6/8/2018).

Rujito menyebut, keputusan untuk beralih menanam timun benih, diakuinya, dilakukan setelah melakukan kalkulasi biaya operasional penanaman padi yang besar dengan keuntungan kecil.

Pada penanaman padi dengan modal sekitar Rp5 juta untuk menanam padi, dirinya bisa mendapatkan omzet sekitar Rp12 juta. Dipotong biaya operasional, dirinya masih bisa mengantongi keuntungan bersih Rp7 juta. Saat harga gabah kering Rp400 per kilogram dan hasil panen 3 ton.

Lihat juga...