Among-among, Tradisi Jawa yang Lestari di Lampung
LAMPUNG – Among-among menjadi salah satu tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat di Lampung Selatan, terutama warga yang berasal dari Pulau Jawa.
Fitriani (30), salah satu generasi kedua warga asal Gunung Kidul, Yogyakarta, menyebut tradisi among-among kerap dibuat, salah satunya saat hari kelahiran anak. Sejak kecil, ketika hari kelahiran (weton) sang ibu kerap membuatkannya among-among. Perhitungan weton tersebut kerap disesuaikan dengan tanggal kelahiran, dengan membuat makanan istimewa untuk dimakan bersama.
Tradisi membuat among-among, kata Fitriani, kerap diingat oleh kaum perempuan, sehingga saat bulan lahir sudah dilingkari pada kalender. Menyesuaikan waktu kelahiran, ia juga kerap menghitung hari weton sesuai penanggalan Jawa.

Namun, seiring pergeseran zaman, among-among dilakukan bertepatan dengan tanggal lahir yang kerap disebut hari ulang tahun. Meski bagi anak yang baru dilahirkan sebelum usia satu tahun, among-among masih dilakukan.
Saat masih kecil, ia bahkan mengaku masih kerap diundang among-among saat seorang wanita hamil tujuh bulan (mitoni).
Setelah bayi lahir, tradisi among-among akan dilakukan saat bayi usia 35 hari. Sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran bayi, kerap ditandai dengan pemotongan kuku bayi dan rambut. Kegiatan tersebut diakui Fitriani masih dijalani oleh keluarga besarnya yang berasal dari Yogyakarta hingga kini.
“Kami masih nguri-nguri atau melestarikan adat budaya leluhur, meski kini sudah tinggal di pulau Sumatera, tujuannya untuk mengungkapkan rasa syukur atas keberkahan hidup sejak kelahiran serta saat usia tertentu,” terang Fitriani, warga Desa Gandri, Kecamatan Penengahan, saat ditemui Cendana News, Minggu (12/8/2018).
Menurutnya, pembuatan among-among melibatkan tetangga dan kerabat, menyesuaikan jumlah tetangga yang akan diundang. Dalama cara among-among, yang kerap diundang biasanya anak-anak. Menu among-among sangat sederhana, berupa nasi putih dibuat menjadi tumpeng, sayuran urap (kuluban) dari daun singkong, bayam, kacang panjang, daun kacang pajang muda bersama parutan kelapa, telur rebus yang diiris, ikan asing, kerupuk serta tambahan ikan asin. Tambahan ingkung atau ayam bakar kerap disajikan sebagai sajian utama.
Sebelum among-among digelar, anak-anak satu dusun sudah diundang oleh anak yang diutus untuk datang ke rumah anak yang akan melakukan among-among.
Sejak usia 1-10 tahun, sebagian anak di wilayah tersebut Fitriani masih melakukan tradisi among-among. Saat ini, sebagian warga bahkan telah memadukan tradisi among-among dengan ulang tahun yang sudah menggunakan tambahan kue tar serta nasi kotak.
“Tradisi among-among tetap dijalankan, hanya saja dipadukan dengan tradisi ulang tahun dengan sajian makanan tambahan,” beber Fitriani.
