Pemanfaatan Aspal Plastik Lebih ke Pelestarian Lingkungan
CILEGON — Kalangan pemerintah sependapat bahwa pemanfaatan aspal plastik untuk pembangunan jalan lebih ditujukan kepada aspek melestarikan lingkungan, ketimbang pertimbangan ekonomis.
“Teknologi mencampurkan aspal dengan limbah plastik lebih cocok ditujukan agar sampah plastik tidak lagi menjadi persoalan serius ke depannya,” kata Kepala Bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Energi Baru Terbarukan Kementerian Koordinator Kemaritiman, Ridha Yasser, Selasa (3/7/2018).
Sebelumnya PT Chandra Asri Petrochemical Tbk berinisiatif untuk menerapkan teknologi aspal dengan campuran limbah plastik pada jalan di lingkungan pabrik ditujukan agar pemerintah dan badan usaha lainnya dapat mengambil langkah serupa untuk mengurangi limbah plastik.
Sedangkan Kasubbid Standar dan Pedoman Direktorat Preservasi Jalan, Erwanto Wahyu Hidayat, mengatakan dari tujuh Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) untuk dijadikan percontohan pemanfaatan aspal dengan campuran limbah plastik, beberapa di antaranya belum mampu memasok limbah plastik sesuai kebutuhan.
“Sampah yang dapat dipakai untuk campuran aspal merupakan jenis HDPE (High Density Poly Ethylene) atau dikenal sebagai kantong kresek. Dari beberapa lokasi volume dan keberlangsungan pasokan harus dijaga kalau daerah itu ingin menerapkan teknologi ini,” ujar dia.
Erwanto mengaku pemerintah masih melakukan sejumlah perhitungan agar pemanfaatan limbah plastik untuk campuran aspal ini masuk dalam skala ekonomi karena selain pasokan juga harus dipertimbangan mengenai kekuatan dan usia jalan dengan adanya teknologi ini.
“Sementara ini kalau dihitung ongkos mencacah plastik belum termasuk ongkos kirim Rp4.000 per kilogram, maka akan menambah 10 persen dari harga aspal. Tetapi dengan adanya campuran ini usia jalan akan lebih panjang, begitu juga penggunaan aspal menjadi dapat dihemat mengingat sebagian besar aspal masih diimpor,” jelas Erwanto.