Kekeringan, Petani di Lampung Selatan Lakukan Pembagian Air
Editor: Mahadeva WS
LAMPUNG – Proses penggarapan sawah di musim tanam gadu di wilayah Lampung Selatan terkendala pasokan air yang minim. Sebagian petani penanam padi menyebut, tetap melakukan aktivitas menanam padi dengan memilih menanam padi tahan air seperti IR 64 dan Rajalele.
Sumini (30), salah satu petani penanam padi di Desa Kelaten, Kecamatan Penengahan menyebut, saat ini mengolah lahan dengan sistem pembagian air. Pembagian air dilakukan dengan menggunakan mesin pompa yang mengalirkan air dari sungai Way Asahan.
Sungai yang berada di lokasi yang lebih rendah dari lahan sawah membuat petani butuh biaya ekstra untuk bahan bakar. Setelah air disalurkan ke saluran irigasi, air dibagi sesuai dengan kebutuhan petani untuk pengolahan lahan tahap awal seperti membajak hingga menghaluskan tanah mempergunakan traktor. “Kami kerap melakukan sistem patungan membeli bahan bakar untuk mesin pompa air, setelah dialirkan ke sawah langsung dilakukan proses pengolahan lahan,” ujar Sumini, Kamis (19/7/2018).
Proses pengaliran air secara bergantian di musim gadu menjadi pilihan, karena pasokan air minim. Sawah milik satu petani yang mendapatkan pasokan air (blebeg) langsung dilakukan proses pengolahan dengan traktor. Pengolahan lahan dilakukan saat benih padi (uritan) berusia 15 hari. Hal tersebut untuk mendapatkan selisih waktu hingga enam hari sampai lahan siap ditanami.