PAMEKASAN – Harga jual garam rakyat di Pulau Madura, Jawa Timur pada musim produksi garam kali ini tembus Rp1.300.000 per ton. Harga tersebut untuk yang dihasilkan dengan teknologi geoisolator.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pemkab Pamekasan Nurul Widiastutik mengatakan, harga jual garam dengan teknologi geoisolator jauh lebih mahal dibandingkan harga jual garam yang diproduksi secara tradisional. “Harga jual garam yang mencapai Rp1.300.000 per ton ini adalah garam dengan menggunakan teknologi geoisolator,” ujar Nurul, Selasa (31/7/2018).
Harga jual garam yang diproduksi secara tradisional hanya dalam kisaran antara Rp800.000 hingga Rp900.000 per ton. Perbedaan harga tersebut terjadi karena kualitas garam yang diproduksi dengan teknologi gioisilator jauh lebih baik. “Disamping kualitasnya lebih bagus, hasil produksinya juga jauh lebih banyak,” tambahnya.
Berdasarkan pendataan petugas DKP Pemkab Pamekasan, hingga saat ini, produksi garam rakyat yang menggunakan teknologi geoisolator mencapai 4.501 ton. Jumlah tersebut adalah produksi hingga 30 Juli 2018. “Dan produksi garam dengan pola tradisional hanya 2.032,25 ton. Artinya, produksi garam dengan teknologi geoisolator ini, jauh lebih banyak,” katanya.
Nurul menyebut, produksi garam petani pada musim produksi garam hingga 30 Juli 2018 ini mencapai 6.541,25 ton. Jumlah total produksi garam tersebut berasal dari 15 desa penghasil garam yang tersebar di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Galis, Pademawu dan Kecamatan Tlanakan.
Total area produksi tambak garam mencapai 913,5 hektare. Di Kecamatan Galis, ada empat desa yang menjadi produsen garam, yakni Desa Lembung, Polagan, Konang dan Desa Pandang, dengan luas tambak garam mencapai 458,6 hektare. Di Kecamatan Pademawu desa produksi garam tersebar di delapan desa, yakni Desa Dasuk, Bunder, Pademawu Timur, Tanjung, Padelegan, Majungan, Pegagagan dan Desa Baddurih dengan luas tambak garam mencapai 445,4 hektare.