Inilah Buah Penginspirasi Majapahit
Editor: Mahadeva WS
JAKARTA – Buah maja baèl masih bersaudara dengan maja berenuk. Kendati demikian, keduanya memiliki bentuk pohon yang berbeda. Maja baèl memiliki tinggi pohon antara 12 sampai 15 meter, dengan posisi tajuk meninggi.
Kayu maja baèl terkenal liat, tidak mudah patah. Pada ranting tanaman tumbuh duri yang kuat dan tajam. Duri maja baèl akan tetap ada meskipun ranting itu telah tumbuh menjadi dahan besar. Bahkan bekas-bekas duri itu masih bisa tampak pada bagian batang utama.
“Pohon maja baèl tidak mungkin dipanjat untuk dipetik buahnya. Biasanya dibiarkan tua dan jatuh dengan sendirinya. Buah, pucuk daun, dan bunga maja baèl biasanya dipetik dengan memanjatnya menggunakan tangga yang didirikan di luar tajuk tanaman,” kata Marketing Komunikasi Taman Buah Mekarsari Firman Setiawan kepada Cendananews.
Firman menyebut, buah maja berenuk daging buahnya tidak bisa dimakan karena beracun. Sedangkan buah maja baèl berbeda. Daging buah maja baèl berserat, dan di dalam daging buah terkandung resin (gum) yang kental dan lengket yang berada di antara biji. Sementara aroma buahnya sangat tajam.
Serat daging buah maja baèl inilah yang akan menimbulkan rasa pahit di lidah, ketika seseorang mengunyahnya. “Saat daging buah maja baèl dijadikan minuman, serat daging buah ini tidak akan terkunyah, hingga rasa pahit tak terdeteksi,” jelasnya.
Di dalam daging buah maja baèl , terkandung beberapa zat, antara lain: skimmianine, aegelin, lupeol, cineol, citral, citronellal, cuminaldehyde, eugenol, mermelosin, luvangetin, aurapten, psoralen, marmelide, fagarine, marmin dan tannin.
Tannin di dalam serat daging buah itulah yang menimbulkan rasa pahit, saat serat daging buah dikunyah. Kadar pahit serat daging buah maja baèl, tidak seperti pahitnya brotowali (Tinospora crispa), atau kulit pulai (Alstonia scholaris). Selain menimbulkan rasa pahit, serat daging buah maja baèl dapat mendatangkan rasa hangat seperti mint.