Gendis Setuangan, Tradisi Lebaran di Tegal
Editor: Satmoko Budi Santoso
TEGAL – Dalam tradisi lebaran di daerah Tegal, kalau silaturahmi ke sanak saudara dan handai taulan selalu membawa gula dan teh beserta kue atau jajanan yang dikatakan sebagai gendis setuangan (gula sekali tuang). Sebuah frase pemanis yang acap kali diucapkan tamu sambil menyerahkan bawaannya pada tuan rumah yang dikunjunginya.
Gula dan teh menjadi esensi bawaan sebagaimana yang dikatakan Sumarno, pengamat budaya Tegal, bahwa tradisi lebaran di daerah Tegal, kalau silaturahmi ke sanak saudara dan handai taulan memang harus membawa gula dan teh tersebut.
“Kalau tidak bawa gula dan teh atau tangan hampa tentu tak elok rasanya,“ kata Sumarno, pengamat budaya Tegal, kepada Cendana News, Minggu (17/6/2018).
Sumarno membeberkan esensi gula dan teh. “Sesuai dengan rasa gula yang manis. Sedangkan teh Tegal dikenal wasgitel yaitu wangi aromanya, sepet rasa pekat legi (manis) rasa yang disukai banyak orang dan kentel yang dimaknai hubungan antarmanusia yang sangat lekat,“ bebernya.

Esensi gula dan teh, kata Sumarno, tentu tetap bisa menjadi bahan renungan bagi masyarakat.
Sumarno menyampaikan bahwa pada sebagian orang tradisi minum teh barangkali merupakan hal biasa yang tidak memiliki keistimewaan.
“Lain halnya di Tegal, tradisi minum teh memiliki kekhasan dan keistimewaan karena terkait momentum lebaran yang mengandung berbagai dimensi, baik ekonomi, sosial, budaya, dan spiritual,“ ungkapnya.
Sumarno tak tahu persis sejarah awal barang bawaan ketika bersilaturahim pada saat lebaran adalah bingkisan gula (putih) dan teh. Kenapa sampai menjadi semacam bawaan wajib. Sedangkan kue atau jajanan hanya pelengkap saja.