Tahun Ini Sumatera Barat tak Bangun Shelter

Editor: Koko Triarko

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat, Rumainur, -Foto: Ist/M Noli Hendra

Ia mengaku, hingga saat ini memang belum ada alat atau ilmu apa pun yang dapat mengukur terjadinya gempa dan menentukan kapan terjadinya gempa dan tsunami.

Untuk itu, seiring HKBN, BPBD Sumbar menargetkan 1,5 juta masyarakat tahu HKBN. Dengan itu, BPBD melibatkan semua instansi dan lembaga untuk menyosialisasikan bahaya bencana. HKB tepatnya pada tanggal 26 April.

Langkah-langkah untuk mencapai target tersebut, BPBD sudah menerima sejumlah laporan terkait pelaksanaan HKBN. Kemudian, masing-masing instansi melaksanakan sendiri. Khusus daerah pesisir, khusus untuk bahaya gempa dan tsunami.

“Jadi, nanti cukup 30 menit, bunyikan sirine, berkumpul, silahkan bubar. Ini sudah mengingatkan kita apa yang harus dilakukan ketika terjadi gempa,” jelasnya.

Selain itu juga sekolah-sekolah. Dengan mengajak tour to shelter, sehingga anak-anak paham, apa yang harus dilakukan saat terjadi gempa. Begitu instansi lainnya, baik daerah maupun vertikal.

Sementara, daerah-daerah yang jauh dari bibir pantai dan minim terjadi gempa dapat memilih mitigasi bencana lainnya. Seperti banjir dan longsor. Lalu, untuk Sijunjung, Dharmasraya dan daerah yang jauh dari pantai bisa mengikuti mitigasi bencana lainnya.

Sementara itu, Bupati Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet, mengatakan daerahnya yang merupakan derah yang berpotensi terjadi gempa yang berkekuatan besar dan yang berkemungkinan terjadi tsunami, malah tidak bangunan yang bisa dijadikan shelter.

“Di Mentawai tidak ada satu pun bangunan yang didirikan untuk shelter. Sudah sering saya minta, tapi tidak ada yang memenuhinya,” ucapnya.

Ia menyebutkan, saat ini untuk tempat evakuasi di daerah Mentawai hanya memanfaatkan tempat evakuasi dari alam, yakni perbukitan. Setidakhnya ada beberapa perbukitan yang bisa dijadikan tempat evakuasi.

Lihat juga...