Ratusan Siswa Gelar Pawai Budaya Hari Kartini

Editor: Satmoko

LAMPUNG – Sebagian ibu rumah tangga yang memiliki anak usia pendidikan anak usia dini (PAUD), taman kanak kanak dan sekolah dasar sudah bangun sejak Subuh.

Heni, salah satu ibu rumah tangga yang mengantar anaknya mengaku bangun sejak Subuh membawa anaknya ke salah satu salon. Heni sengaja merias anaknya dengan mengenakan baju daerah adat Lampung dengan baju tapis lengkap mahkota Siger. Meski harus menyewa pakaian tersebut ia mengaku, memenuhi keinginan anaknya untuk mengenakan baju daerah Lampung.

Pawai Hari Kartini disebut Heni membuat sejumlah pemilik salon kewalahan mendandani anak-anak untuk mengenakan baju adat. Meski harus mengeluarkan biaya ekstra ia mengakui dengan mendandani anaknya memakai baju adat akan menjadi kenangan tersendiri bagi anak. Sebab saat ini anaknya masih duduk di bangku TK dan tahun ajaran baru mendatang sudah memasuki usia SD.

Kepala desa Klaten, Joniamsyah (ujung kanan) dan camat Penengahan, Yusuf (berpeci) melepas peserta pawai Hari Kartini [Foto: Henk Widi]
“Peringatan hari Kartini selalu ditunggu anak sekolah karena kesempatan tersebut bisa digunakan untuk berkumpul bersama teman dari lain sekolah menggunakan baju adat dari daerah lain,” terang Heni, salah satu orangtua yang mendampingi anaknya dalam pawai hari Kartini di lapangan Klaten, Penengahan, Sabtu (21/4/2018).

Heni bahkan mengaku sengaja membeli baju adat Lampung dengan stelan baju hingga Siger dengan harga satu stel Rp100.000. Pada saat hari Kartini dan beberapa acara dengan menggunakan baju adat Lampung, ia tak harus menyewa dan hanya mengeluarkan biaya sewa untuk rias. Mengenakan baju daerah diakui Heni bahkan cukup istimewa dan kerap diabadikan melalui foto sebagai kenangan.

Lihat juga...