Produksi Keripik Wailiti, Margareta Berdayakan Tetangganya
Editor: Irvan Syafari
MAUMERE –– Seminggu sekali saat kapal feri jurusan Surabaya berangkat dari Pelabuhan Laurens Say Maumere, terlihat puluhan truk berukuran besar yang dipenuhi muatan kelapa dan pisang antri masuk ke dalam kapal.
Seorang perempuan bernama Margareta Setia Rahayu mengamati rutinitas ini dengan tekun. Dia kemudian mendapatkan inspirasi menjalankan usaha.
“Daripada pisang dibawa ke luar daerah dalam bentuk bahan mentah, lebih baik diolah di sini untuk dijadikan keripik bernilai jualnya lebih tinggi serta memberikan manfaat bagi masyarakat,” ujar Margareta, Selasa (10/4/2018).
Pemilik usaha Dapur Daun ini adalah seorang produsen keripik Wailiti. Saat berbincang dengan Cendana News di tempat usahanya Jalan Don Slipi Wailiti, Kota Maumere dia mengatakan, dengan diolah pisang menjadi keripik, maka uangnya akan berputar di Maumere.
“Awalnya saya menggeluti produk kerajinan tangan seperti lampu hias dan aneka produk dari kain perca lainnya. Setelah mengikuti pelatihan pembuatan keripik oleh petugas penyuluh lapangan, saya mulai menekuni usaha ini,” tuturnya.
Peserta pelatihan ujar Margaret, berjumlah 8 orang perempuan. Namun hanya dirinya yang mempraktikan ilmunya hingga serius mengembangkan usaha menjual keripik pisang.
Berdayakan Tetangga
Pertama berusaha tahun 2013 terang Margareta, dirinya menjual keripik dengan kemasan plastik biasa tanpa merek dagang dan dititipkan di kios-kios di Kota Maumere dengan harga jual seribu rupiah.
“Saya mendapat bantuan modal dari PSE Keuskupan Maumere sehingga mulai menekuni usaha ini secara serius. Dua tahun kemudian saya mendapat bantuan modal dari PNPM Mandiri sehingga mulai membeli mesin packing,” ungkapnya.