Pengungsi Rohingya Menangis Minta Pertolongan ke DK-PBB
Namun, operasi militer itu dikecam sejumlah negara, seperti, Amerika Serikat, Inggris, dan PBB yang menyebutnya sebagai pembersihan etnis terhadap kelompok minoritas Muslim Rohingya. Pada Minggu (29/4/2018), ratusan pengungsi berbaris di penampungan Kutupalong sambil membawa spanduk bertuliskan “kami menuntut keadilan”.
“Kami berdiri di sini untuk menuntut keadilan karena mereka membunuh bangsa kami dan menyiksa perempuan kami,” kata pengungsi Rohingya, Sajida Begum.
Sejumlah wanita yang bertemu dengan utusan Dewan Keamanan PBB menuding tentara Myanmar telah memerkosa mereka beramai-ramai, menyiksa anak-anak mereka, dan membunuh suami. Myanmar membantah tudingan itu dan mengatakan bahwa operasi militer di Rakhine adalah respon wajar atas serangan kelompok militan Rohingya.
“Ini adalah masalah yang sangat rumit, yang berkaitan dengan sejarah, etnisitas, dan agama,” kata Wakil Duta Besar China untuk PBB Wu Haito saat menjawab informasi rencana China dan Rusia mem-veto resolusi Rohingya.
Sejumlah diplomat mengatakan bahwa China dan Rusia yang mempunyai hak veto di Dewan Keamanan akan menolak upaya Dewan Keamanan, yang lebih kuat, seperti, sanksi atau pengajuan perkara itu ke Pengadilan Pidana Antar bangsa. (Ant)