Penerbangan Jemaah Haji 2018 Tanpa Transit

Editor: Koko Triarko

JAKARTA — Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umroh, Nizar Ali, mengatakan, perjanjian kerja sama pengakutan udara para jemaah haji Indonesia 1439H/2018 M dengan maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan Saudi Arabian Airlines, sebelumnya melalui proses yang cukup panjang.

“Saya sampaikan, perjanjian ini melalui proses yang cukup panjang melalui negosiasi berbagai maskapai penerbangan,” kata Nizar, saat sambutan penandatangan perjanjian kerjasama dengan PT Garuda Indonesia dan Saudia Airlines di Kantor Kementerian Agama, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Senin (9/4/2018).

Sebelum menjalani perjanjian bersama dengan dua maskapai tersebut, Kementerian Agama telah menetapkan standar dan kompetensi untuk menjadi bagian pelayan umat saat berlangsungnya haji tahun ini.

“Transportasi udara dari Tanah Air ke Arab Saudi menggunakan sistem charter. Kembali harus kosong, tidak boleh ada penumpang,” ucapnya.

Nizar menuturkan, bahwa penerbangan jemaah haji tahun 2018, sekarang ini menggunakan sistem carter dan tanpa transit. Penerbangan akan dilakukan secara langsung atau direct flight. Kecuali, ada alasan keselamatan dan pengisian bahan bakar.

“Kalau jenis 777 atau 747 itu, saya rasa bisa langsung tanpa pengisian bahan bakar. Air Bus 330 harus mengisi bahan bakar tertentu, di Medan atau Padang,” sambungnya.

Dia menyampaikan, bahwa saat ini telah tercatat 12 titik tolak atau embarkasi untuk pemberangkatan jemaah haji, yakni dari Aceh, Medan, Batam, Padang, Palembang, Jakarta-Cengkareng, Solo, Surabaya, Banjarmasin, Balikpapan, Makassar, dan Lombok.

Selain itu, maskapai Garuda Indonesia mengangsumsikan jumlah penumpang yang diangkut nanti mencapai 107959. 52,7 persen. Sementara Saudi Arabia Airline 98.571 atau 47,3 persen.

Lihat juga...