Presiden Soeharto Tegaskan Indonesia Bangun Kekuatan Sendiri

Editor: Irvan Syafari

Presiden Soeharto/Foto: Ist/Soeharto.co.id

“Akan tetapi semua itu hanya dapat tumbuh subur di atas nilai-nilai dasar yang dianggap luhur oleh suatu bangsa,” papar Presiden.

Ditegaskan oleh Presiden bahwa hak-hak asasi, demokrasi dan kebebasan yang bersumber pada nilai-nilai dari luar tidak akan dapat tumbuh subur di suatu negara.

Tidak ada satu bangsa pun yang wajib menerapkan nilai-nilai kehidupan yang tidak dipahami dan tidak sesuai dengan nilai-nilai dasar yang mereka anggap luhur.

Jika hal itu dipaksakan, maka sama saja dengan mengingkari hak-hak asasi manusia itu sendiri dan hak-hak asasi suatu negara berdaulat.

Dalam buku “Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya” (1989), Presiden Soeharto menyoroti mengenai utang luar negeri sebagai wasiat kebangsaan. Seperti di antaranya, pada prinsipnya, kita melaksanakan pembangunan dengan kekuatan sendiri. Akan tetapi kita menyadari pula, kemampuan kita serba terbatas.

Untuk mempercepat pembangunan, kita memanfaatkan prinsip kerjasama dengan bangsa-bangsa lain secara saling menguntungkan. Tetapi bantuan dari luar itu tetap kita tempatkan sebagai pelengkap. Kita sudah berjaga-jaga jangan sampai bantuan itu nanti membuat kita sengsara. Jangan sampai hal itu mengurangi kemampuan kita sendiri.

Kita sendiri menentukan persyaratan mengenai bantuan asing itu. Bukan mereka yang menentukan.

“Buat saya, andaikata bantuan luar negeri itu dihubungkan dengan politik, saya akan bersikap sama (dengan Bung Karno). Saya akan katakan go to hell,” kata Pak Harto.

Setiap hutang (luar negeri) harus kita gunakan untuk membangun, bukan untuk konsumsi, apalagi mercusuar­-mercusuaran (proyek-proyek untuk tujuan prestise)

Lihat juga...