Presiden Soeharto Tegaskan Indonesia Bangun Kekuatan Sendiri

Editor: Irvan Syafari

Presiden Soeharto/Foto: Ist/Soeharto.co.id

JAKARTA — Utang luar negeri Indonesia terus membengkak. Pemerintah seharusnya mengevaluasi utang luar negeri. Ketergantungan Indonesia pada utang luar negeri menunjukan rentannya kedaulatan politik, ekonomi, hukum, sosial, bahkan ideologi untuk diintervensi negara asing.

Mengenai pemerintah mengevaluasi utang luar negeri beberapa kali pernah terjadi di zaman Orde Baru, tepatnya pada13 Februari 1992, sebagaimana dilansir dalam http://soeharto.co mengutip buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, yang ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003, bahwa Presiden Soeharto menegaskan Indonesia bertekad untuk membangun dengan kekuatan sendiri, membangun menurut arah dan cara yang dipandangnya tepat.

Namun Indonesia juga menyadari arti penting dari kerjasama dan bantuan negara-negara lain untuk mempercepat jalannya pembangunan itu, tanpa mengorbankan prinsip dasar sebagai negara yang berdaulat.

“Sebagai bangsa yang sedang membangun di segala bidang, kami yang paling tahu mengenai tantangan, keterbatasan dan kekurangan kami,” tegasnya.

Hal itu disampaikan saat Presiden Soeharto menerima surat kepercayaan dari Duta Besar Kerajaan Belanda, JH Robert Dudly van Roijen, di Istana Merdeka.

Menyambut Duta Besar van Roijen, Presiden Soeharto mengatakan, dalam dunia yang makin menjadi satu terasa makin penting makna saling pengertian dan saling menghormati antar negara.

“Juga penting sekali menghargai nilai-nilai dasar yang dianut oleh masing-masing negara,” ujar Presiden Soeharto.

Tentu saja ada nilai universal yang hakiki seperti tentang hak-hak asasi manusia, tentang demokrasi dan tentang kebebasan.

Lihat juga...