SUKABUMI — Melihat dari dekat pelepasan tukik atau bayi penyu memang memiliki keasyikan tersendiri. Ratusan tukik itu berjalan perlahan-lahan di atas pasir menuju lautan bebas.
Tak ada rasa takut, tukik itu terus berjalan ke arah hempasan gelombang untuk mengembara ke lautan lepas.
Lautan lepas yang akan membesarkan mereka dan ketika dewasa akan mendarat kembali untuk bertelur di tempat yang sama. Para pengunjung pun cukup bersabar untuk melihat atraksi yang menarik di Kawasan Konservasi Pesisir Pantai Pangumbahan, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Sekitar pukul 17.30 WIB, atraksi yang dinanti-nantikan pun tiba tatkala enam pegawai kawasan konservasi yang dikelola oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, mendatangi tepian pantai yang sudah di pasang tali batas pengunjung, dengan membawa enam ember besar berisikan tukik.
Saat enam ember itu ditumpahkan, pengunjung pun berebutan untuk melihat secara dekat lenggak-lenggok tukik itu ke laut.
“Setiap tahunnya wisatawan yang ingin melihat pelepasan tukik selalu meningkat, seperti pada 2016 sekitar 25 ribu orang. Pada 2017, diperkirakan bisa mencapai 30 ribu orang,” kata pegawai Kawasan Konservasi Pesisir Pantai Pangumbahan, Musanif.
Bisa dikatakan boleh saja wisatawan mendatangi sejumlah objek wisata pantai seperti Pantai Cibuaya atau pantai di Ujung Genteng, tapi tetap kurang afdol jika tidak melihat wisata edukasi tersebut mengingat konservasi tersebut merupakan yang terbesar di Indonesia.
Apalagi penyu yang ada di kawasan konservasi Pangumbahan itu, merupakan satwa Appendix 1 atau satwa yang harus dilindungi meski sudah ditangkarkan mengingat jenisnya penyu hijau yang menjaga populasi rumput laut. “Penyu hijau ini dikenal dengan ‘farmer of the sea’, hingga keberadaannya benar-benar dilindungi,” katanya.