Panen Jagung Petani di Sikka Tahun 2017 Alami Penurunan
MAUMERE – Produksi jagung petani di Kabupaten Sikka pada 2017 mengalami penurunan. Di Kecamatan Kangae yang menjadi daerah paling luas tanam jagungnya mengalami penurunan antara dua hingga empat ton perhektarnya.

Penurunan produksi terjadi dikarenakan, keberadaan angin kencang yang mewarnai musim kering di daerah tersebut.” Di 2107 lalu produksi jagung mengalami penurunan akibat angin kencang dan kekeringan yang berkepanjangan. Untuk benih jagung Hibrida menglami penurunan hingga dua ton per hektar. Sementara jagung lokal produksinya cuma satu ton lebih sedikit saja,” ujar penangkar benih dan penyuluh swadaya pertanian di desa Langir kecamatan Kangae kabupaten Sikka Ignatius Iking Senin (15/1/2018).
Untuk Gapoktan Wa Wua dengan luas areal tanam jagung sebesar ± 150 hektar
Tercatat hasil produksinya mengalami menurun cukup drastic. Untuk jagung lokal yang biasanya empat sampai lima ton per hektar. Kali ini hanya mampu memproduksi djua ton per hektar. Jagung Hibrida turun dari sembilan hingga 10 ton sekarang hanya mampu memproduksi enam hingga tujuh ton per hektarnya.
Petani di kecamatan Kangae termasuk desa Langir banyak yang ragu untuk menanam jagung Hibrida. Hal itu dipengarugi oleh kondisi jagung Hibrida yang tidak tahan lama dalam penyimpanan. Banyak petani yang lebih memilih menanam jagung lokal. Namun persediaan benih jagung Hibrida di kabupaten Sikka disebut Iking, masih kurang.