Dusun Jolosutro, Padukan Kegiatan Keagamaan dan Budaya Tradisi Leluhur

YOGYAKARTA — Dusun Jolosutro, Srimulyo, Piyungan, Bantul, selama ini dikenal sebagai daerah yang kental dengan nuansa budaya dan agama. Setiap tahun, masyarakat di dusun Jolosutro rutin menggelar kegiatan Kupatan Jolosutro, yang dipusatkan di masjid Sunan Geseng, sebagai bentuk rasa sukur sekaligus melestarikan adat budaya setempat.

Salah seorang tokoh dusun Jolosutro, Rodiyanti mengatakan, acara Kupatan Jolosutro merupakan tradisi turun temurun untuk mengenang tokoh sesepuh dusun yakni Cakrajaya atau Sunan Geseng sejak masa abad 16.

Diceritakan pada masa pemerintahan raja Mataram Islam ke 2 yakni Pangeran Sedo Krapyak atau Mas Jalang, salah seorang permaisurinya mengandung dan mengidamkan ikan yang bersisik emas atau dikenal dengan nama wader neng sisik kencana. Karena sulitnya mencari ikan tersebut lalu diadakan sebuah sayembara.

Ada seorang yang menyanggupi mengikuti sayembara tersebut yaitu Cakrajaya atau Sunan Geseng yang tinggal di sebuah tempat yang kini disebut dusun Jolosutro. Cakrajaya mengajukan syarat agar disediakan benang sutra untuk digunakan sebagai jala. Karena ikan tersebut hanya bisa ditangkap dengan jala yang terbuat dari benang sutra.

Akhirnya sayembara itu dimenangkan dan tempat untuk membuat jala itu kemudian diberi nama Jalasutra.

Sebagai tanda terima kasih atas jasa Cakrajaya, beliau diangkat menjadi sesepuh kerajaan dan diminta tinggal di kerajaan. Akan tetapi Cakrajaya menolak dan tetap memilih tinggal di dusunnya. Di dusunnya, Cakrajaya semakin berpengaruh hingga banyak orang datang menemuinya untuk meminta pertimbangan berbagai hal.

Ketua Posdaya Cakrajaya
di dusun Jolosutro, Rodiyanti
/Foto: Jatmika H Kusmargana
Lihat juga...