[Review] Film ‘Night Bus’, Perjalanan Berbahaya Lalui Daerah Konflik

JAKARTA — Siapapun kalau rindu dan snagat berhasrat ingin pulang kampung tentu apa saja dilakukan, meski harus menempuh perjalanan yang sangat berbahaya melalui daerah konflik. Begitu juga dengan serombongan orang yang menaiki bus tua.

Pemberontakan di Aceh dikobarkan oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) membuat suasana perjalanan mereka lalui begitu menegangkan dan amat sangat mencekam. Mereka hanya ingin pulang, mereka ingin selamat hingga sampai ke kampung halaman. Demikian yang mengemuka dari film drama thriller Night Bus.

Awal film ini menyuguhkan adegan yang cukup kocak dari Bagudung Hartop Sinaga, kondektur bus malam yang diperankan dengan sangat menawan oleh Teuku Rifnu Wikana (Pemeran Utama Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2017).

Dalam film yang meraih Piala Citra sebagai Film Terbaik FFI 2017, Rifnu menjadi pemeran, merangkap sebagai produser, dan juga menjadi penulis skenario bersama Rahabi Mandra. Karena cerita film ini memang diangkat dari kisah pengalamannya tahun 1999 di wilayah konflik yang sempat ditulisnya sebagai cerpen berjudul ‘Selamat’.

Adegan kocak hanya sebentar saja, karena kemudian sepanjang film ini dipenuhi adegan yang begitu menegangkan dan amat sangat mencekam. Melintasi hutan sepanjang malam, teror terus terjadi tiada berhenti. Bus malam itu menuju kota Sampar yang hancur akibat konflik separatis selama bertahun-tahun.

Para penumpang bus malam itu memiliki tujuan masing-masing. Ada seorang wartawan dari ibu kota, ada seorang konglomerat alias OKB (Orang Kaya Baru) dengan perhiasan emas di mana-mana bahkan di giginya, ada pasangan muda-mudi yang ingin mencari penghidupan lebih baik dengan rencana melamar ke perusahaan tambang nasional yang kebetulan terdapat di kota itu.

Lihat juga...