Integrasi Peternakan dengan Pertanian Jagung Untungkan Warga Ketapang

Selain ketersediaan pakan dari areal pertanian berupa hijauan, limbah hasil panen berupa jenjet jagung atau bonggol jagung yang telah digiling, selanjutnya diberi campuran tetes tebu, bekatul sisa penggilingan padi, serta cacahan tongkol jagung.

Pakan campuran yang disimpan dengan proses fermentasi dalam plastik kedap udara tersebut diakuinya dibuat atas pelatihan dari penyuluh peternakan sekaligus mantri kesehatan hewan atau petugas kawin suntik atau inseminasi buatan Dinas Peternakan Kabupaten Lampung Selatan.

Melalui sistem inseminasi buatan (IB) oleh mantri kesehatan hewan tersebut, Dwi mengungkapkan, pertambahan anakan dari indukan sapi bisa cepat diperoleh dibandingkan sistem kawin alami (KA) yang membutuhkan waktu cukup lama.

Tebon atau batang tanaman jagung menjadi sumber bahan pakan ternak sapi di Ketapang. [Foto: Henk Widi]
Program perkawinan sistem inseminasi buatan sekaligus menjadi upaya mendukung program sapi indukan wajib bunting (Siwab) yang tengah digencarkan oleh Kementerian Pertanian dalam upaya swasembada daging.

Selama beternak sapi, setidaknya Dwi menyebut, telah tiga kali menjual sapi jantan siap potong dengan rata-rata per ekor dijual dengan harga Rp17 juta hingga Rp18 juta. Karena ada imbauan sekaligus larangan peternak menjual ternak sapi betina yang berpotensi bunting. Serta menjadi basis induk peternak supaya tidak kekurangan sumber bibit sapi.

Selain mengurangi limbah pertanian yang kerap hanya dibakar sehingga lingkungan menjadi bersih, ia menyebut, potensi investasi ternak menjadi pilihan menabung petani yang bisa dijual saat membutuhkan uang dalam jumlah besar.