Perajin Wallasuji Bertahan Untuk Keberlangsungan Tradisi

MAKASSAR — Tangan Adi tampak terampil meraut bambu sepanjang 50 centimeter yang dibagi menjadi 3 bagian. Bilah bambu tersebut akan dibuat sebagai pancang, lamming dan gerbang walasuji.

Pancang, lamming dan wallasuji merupakan perlengkapan yang dipergunakan dalam rangkaian pernikahan adat Bugis Makassar. Wallasuji dalam budaya Bugis Makassar merupakan simbol status sosial. Jika dalam pernikahan menggunakan wallasuji, maka orang yang menikah tersebut merupakan keturunan bangsawan atau disebut karaeng.

Adanya tradisi tersebut membuat Adi dan beberapa orang dijalan Sultan Daeng Raja, Makasar masih bertahan menjadi perajin wallasuji. Adi menjadi perajin secara turun temurun dan sudah mengenal pekerjaan tersebut sejak kecil melalui ayahnya yang juga seoran perajin wallasuji.

Lamming Foto : Adi/ Nurul Rahmatan Ummah

“Saya masih bertahan membuat wallasuji ini karena masih banyak orang yang mempertahankan tradisi nenek moyang kita,” ucap Adi pada Cendana News disela kesibukkannya, Selasa (28/11/2017).

Karena orderan pembuatan wallasuji, panca dan juga lamming ini tidak datang setiap hari, tergantung dari adanya pesta pernikahan, secara tidak langsung para perajin wallasuji di jalan Sultan Daeng Raja saling bersaing. Karena persaingan yang ada, Adi menyebut perajin harus pintar memuaskan konsumen baik dari segi pelayanan maupun harga.

Dengan pelayanan yang baik, diharapkan orang akan kembali menggukan jasa pembuatan serta pemasangan wallasuji pada saat membutuhkan. Karena kepiawaiannya Adi juga sering mendapatkan order sampai keluar daerah. Melayani orang bugis yang tinggal diluar sulawesi selatan seperti di Jakarta, Kalimantan Samarinda dan juga Surabaya.

Lihat juga...