MADRID – Pemimpin Katalunya Carles Puigdemont pada Senin tidak menyatakan kemerdekaan Katalunya dari Spanyol. Hal tersebut membuka jalan bagi pemerintah pusat menguasai wilayah tersebut dan kembali mengaturnya secara langsung.
Wilayah kaya tersebut mengancam melepaskan diri setelah referendum pada 1 Oktober, yang oleh Mahkamah Konstitusi Spanyol dianggap tidak sah. Hal tersebut membuat Spanyol terjerumus dalam kemelut politik terburuk sejak kudeta militer pada 1981.
Puigdemont membuat pernyataan simbolik kemerdekaan pada Selasa (10/10/2017). Namun menangguhkannya beberapa detik kemudian dan meminta perundingan dengan Madrid mengenai masa depan wilayah tersebut.
Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy memberikan waktu kepada Puigdemont untuk memperjelas sikapnya. Pernyataan sikap tersebut ditunggu hingga Kamis untuk dapat berubah. Jika tetap bersikeras melepaskan diri, Madrid akan menangguhkan otonomi Katalunya.
Rajoy mengatakan bahwa Puigdemont harus menjawab persyaratan formal dengan jawaban sederhana Ya atau Tidak. Setiap tanggapan yang ambigu akan dianggap sebagai konfirmasi bahwa sebuah deklarasi kemerdekaan telah dibuat.
Puigdemont tidak secara langsung menjawab pertanyaan tersebut dalam suratnya kepada Rajoy. Pemimpin Katalunya mengatakan bahwa keduanya harus bertemu sesegera mungkin untuk membuka dialog selama dua bulan ke depan.
“Tawaran kami untuk dialog adalah hal yang tulus dan jujur. Selama dua bulan ke depan, tujuan utama kami adalah mengadakan dialog ini dan bahwa semua pihak internasional, institusi dan tokoh Spanyol dan Catalonia yang telah mengungkapkan kemauan untuk membuka jalan dialog dapat mengadakan penyelidikan, ” demikian Puigdemont dalam suratnya.