Petani Jagung di Kolisia Panen 6,3 Ton Per Hektare
MAUMERE – Penanaman jagung Srikandi Kuning yang dilakukan di lahan seluas 8 hektar di Desa Kolisia A dan Kolisia B yang dilakukan awal musim panas di bulan Juli 2017 ternyata memberikan hasil panen yang maksimal dan membuat petani lainnya terkagum-kagum.
Gaspar Bao, petugas penangkar benih jagung kepada Cendana News Senin (2/10/2017) mengaku senang, sebab hasil kerja kerasnya dalam mendampingi kelompok tani Karya Bersama Mandiri membuahkan hasil maksimal.
“Penyiraman mengandalkan sumur dangkal hanya 12 meter. Awalnya dirasa tidak cukup mengairi seluruh areal, tapi ternyata hasil panen sangat bagus. 6,3 ton per hektare sehingga membuat petani bersemangat menanam lagi,” ungkapnya.
Gaspar menjelaskan, total luas lahan penangkaran yang dikembangkan seluas 8 hektare di Desa Kolisia A dan Desa Kolisia B terdiri dari 5 hektare jagung Lamuru dan 3 hektare jagung Srikandi Kuning.
“Biayanya lebih murah dibanding menanam bawang tetapi yang terpenting petani memiliki kemauan dan kerja keras. Sebab penanaman jagung biasanya dilakukan petani pada musim hujan sehingga banyak yang tidak percaya bisa ditanam di musim kemarau,” tuturnya.
Helena da Silva dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi NTT menjelaskan saat penen perdana di Desa Kolisia, jagung Srikandi Kuning yang dipanen memiliki keunggulan dimana nilai kandungan proteinnya 150 kali lipat dibandingkan dengan jagung biasa.
“Jagung ini boleh dikonsumsi siapa saja sebab kandungan proteinnya sangat tinggi sehingga saat mengkonsumsinya harus ditambah dengan lauk,” tuturnya.
Menurut Helena dari 6,3 ton benih jagung Lamuru yang dihasilkan tersebut telah mampu mendukung pengembangan menjadi label biru untuk ditanam di lahan seluas 231,4 hektare bila setiap hektarenya membutuhkan benih sebanyak 25 kilogram.