MATARAM – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Nurhandini Eka Dewi mengatakan, berdasarkan data yang dimiliki Dinkes NTB tahun 2016, kasus pneumonia yang ditemukan di NTB mencapai 17 ribu kasus, di mana 14 ribu di antaranya menyerang bayi dan bayi di bawah tiga tahun (batita).
“Sebagian menyerang anak bayi dan batita, yaitu 14 ribu kasus, sisanya ada pada orang dewasa dan lansia 2016, sementara bayi dan batita yang meninggal dunia mencapai 89 kasus,” kata Eka di Mataram, Jumat (6/10/2017).
Itulah sebabnya kenapa Kementerian Kesehatan RI bersama Pemerintah NTB, mencanangkan program demonstrasi imunisasi pnemokokus konyigasi atau pneumococcus vaccine (PCV) untuk mulai dilaksanakan di Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur
Menurutnya, selain angka temuan kasus itu, hasil penelitian Dinkes NTB bersama Universitas Padjajaran dan Universitas Andalas pada 2016, juga menemukan sekitar 50 persen anak dan balita sehat di NTB masih memiliki ancaman karena ditemukan bakteri pnemokokus di tenggorokannya.
“Artinya imunisasi biasa saja tidak cukup untuk mencegah pneumonia ini sehingga PCV diperlukan sebagai pelengkap,” katanya.
Ia menerangkan, secara klinis gejala pneumonia pada bayi dan batita mirip dengan ISPA, yakni batuk pilek dan demam. Hanya saja, pneumonia bisa berdampak fatal karena menyerang dan bisa menyumbat paru-paru.
Banyak kasus terjadi, anaknya panas dua hari baru diajak ke pelayanan kesehatan, ternyata sudah parah karena paru-paru sudah tersumbat.
“Mengenali pneumonia sebetulnya mudah, kalau anak sudah kelihatan hidungnya kembang kempis, berarti dia sesak nafas, harus segera dibawa ke layanan kesehatan untuk mencegah kasus fatal,” katanya.