JAKARTA – PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyarankan kepada usaha industri untuk tidak membuat pembangkit sumber energi sendiri untuk operasional.
“Sebab, tidak mungkin PLN membeli lagi eksisting power dari pembangkit itu, karena pasti biayanya mahal,” kata Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN, I Made Suprateka, ketika ditemui di Jakarta, Senin (4/9/2017).
Menurutnya, massa daya yang disediakan oleh PLN untuk sektor industri bisa dipenuhi. Sedangkan biaya untuk membuat pembangkit sendiri tidak sedikit, nantinya pasti akan berpengaruh pada harga jual listriknya, jika ditawarkan kepada PLN.
Ia juga menjelaskan, untuk menghidupi pembangkit juga membutuhkan banyak batu bara, sehingga hal tersebut juga akan menambah biaya produksi. Perkembangan rencana pemenuhan 35.000 MW sendiri saat ini sudah mencapai 16.993 MW, terhitung sampai awal September, termasuk proyek yang mulai dalam tahap konstruksinya.
Sedangkan dalam tahap commercial operation date (COD) sudah mencapai 758 MW. Perkembangan dalam tahap Power Purchase Agrement (PPA) pencapaiannya dalam angka 2.000 MW.
“Kalau yang tahap tender, saya belum terima data terbaru yang masuk, karena beberapa proyek ada yang memang tidak melalui tender,” ujarnya.
Pada periode 2019 sampai dengan 2020, ia optimis dapat mencapai angka pada tingkatan 20.000 MW. Made menjelaskan, bila pertumbuhan ekonomi dalam keadaan baik pada 2019, maka akan banyak proyek yang masuk dalam tahap COD. Tahun 2022 sampai 2023 pencapaian 35.000 MW dirasa akan lebih realistik untuk dicapai jika semua pertumbuhan ekonomi dalam keadaan baik. (Ant)