Kelangkaan Pupuk di Situbondo Disebabkan Petani Tidak Berorientasi RDKK

SITUBONDO — Kelangkaan pupuk bersubsidi di beberapa kecamatan di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur disebabkan karena petani tidak berorientasi pada rencana definitif kegiatan kelompok (RDKK) petani dalam penggunaan pupuk.

“Di beberapa kecamatan yang dilaporkan terjadi kelangkaan pupuk itu sebenarnya tidak langka, hanya saja para petani di kecamatan tersebut ada kecenderungan (berlebihan) menggunakan pupuk urea dan phonska,” ujar Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Pemkab Situbondo, Farid Kuntadi di Situbondo, Sabtu (2/9/2017).

Ia mengemukakan, informasi kelangkaan pupuk di Kecamatan Mangaran, Kapongan dan Kecamatan Panji beberapa hari lalu itu, dipastikan karena petani menggunakan pupuk bersubsidi urea berlebihan dan tidak mengikuti petunjuk atau rekomendasi penggunaan pupuk dari Kementerian Pertanian.

Dalam rekomendasi penggunaan pupuk yang seimbang, katanya, perbandingannya lima kuintal pupuk organik, tiga kuintal pupuk phonska dan dua kuintal pupuk urea (532) untuk luasan satu hekatre (ha) atau per hektare per satu musim tanam.

“Namun banyak petani yang tidak sadar dengan perbandingan tersebut, sehingga petani cenderung menggunakan pupuk urea maupun phonska berlebihan,” tuturnya.

Farid menjelaskan, setiap kecamatan sudah ada kuota pupuk bersubsidi yang disesuaikan dengan luasan areal persawahan dan RDKK nantinya dikonversi dengan rekomendasi dan dijadikan dasar sebagai pemenuhan kebutuhan pupuk bersubsidi.

“Oleh karena itu kami mengimbau para petani agar menggunakan pupuk bersubsidi sesuai rencana definitif kegiatan kelompok atau RDKK setiap musim tanam,” katanya.

Lihat juga...