YOGYAKARTA – Momen peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus, selalu menjadi berkah tersendiri bagi sebagian masyarakat, khususnya para pelaku usaha penjual pernak-pernik bendera merah putih. Hampir setiap memasuki bulan Agustus, ruas jalan kota-kota besar selalu dipenuhi pedagang dadakan yang menjajakan bendera kebangsaan ini.
Tak hanya pedagang, sejumlah penjahit bendera pun juga mencari rejeki dari merah putih pada momen peringatan HUT Ke-72 RI, ini. Salah satunya dilakukan nenek 5 cucu, Endang (65), warga Ratmakan RW 9 Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta. Sudah sejak beberapa tahun terakhir, setiap menjelang HUT RI, ia selalu menerima order pembuatan bendera merah putih.
Bertempat di rumah sederhana miliknya di bantaran Kali Code, kawasan Jalan Juminahan, Endang dengan tekun menjahit satu per satu bendera merah putih pesanan pelanggan. Meski tak lagi muda, ia mengaku menekuni usaha sambilan itu demi menambah pemasukan keluarga. Di luar bekerja sebagai penjahit bendera, ia sendiri biasa berjualan nasi bungkus setiap hari.
“Saya hanya membantu menjahit saja. Semua bahan bendera dari juragan. Setiap menjahit satu potong bendera, saya mendapat upah 1.000 sampai 1.500 rupiah, ya lumayan, buat tambah-tambah,” katanya.
Mulai menerima order jahitan sejak bulan Juli, lalu, Endang mengaku mulai menjahit pada siang hari selepas berdagang makanan. Biasanya, ia melakukan pekerjaan itu hingga sore hari. Semakin banyak bendera yang dijahit, tentu akan semakin banyak pula pundi-pundi rupiah yang didapat. Namun, usianya yang tak lagi muda membuatnya tak bisa menjahit terlalu lama.
“Ya, hanya sekuatnya saja. Kalau sudah capek, ya berhenti. Yang penting masih siang dan belum gelap, karena kalau sudah malam, saya tidak bisa melihat jelas,” kata nenek yang harus memakai kacamata saat menjahit itu.