Peralihan Sistem Tradisional ke Mesin Permudah Industri Genteng di Palas

LAMPUNG — Dua perempuan ini, Sutinem (30) dan Yuli (19) terlihat cekatan melakukan pencetakan di lokasi pembuatan genteng yang sudah ditekuni sang ayah, Miswan (54) sejak 40 tahun silam. Dari kecil mereka sudah terbiasa dengan proses pembuatan menggunakan peralatan tradisional berupa alat cetak terbuat dari kayu.

Sebagai seorang perempuan, Sutinem menyebut sejak dirinya duduk di bangku SD sudah mulai mengenal bahkan membantu. Dijelaskan, dalam proses tradisional, tanah liat harus diinjak menggunakan kaki dan dikerjakan dengan minimal dua orang tenaga kerja.

Dikatakan, untuk pembuatan dengan metode tradisional cukup memakan waktu, bahkan hasil yang didapatkan pun hanya 50 persen jika menggunakan mesin pres. Peralihan penggunaan mesin dalam pembuatan genteng diakuinya sudah merata digunakan oleh sebagian pembuat genteng yang banyak tersebar di wilayah tersebut.

“Jika dibandingkan proses pembuatan manual jumlah genteng yang dihasilkan dalam sehari hanya berkisar seratus tetapi dengan mesin press seperti saat ini bisa menghasilkan dua ratus lebih genteng,” ungkap Sutinem salah satu warga Dusun Banjarsari Desa Palas, Rabu (19/7/2017).

Piagam penghargaan dari Pemprov Lampung untuk sang ayah Miswan yang berdedikasi sebagai pengrajin genteng [Foto: Henk Widi]
Sutinem menyebut, dalam sehari pembuatan genteng menggunakan mesin press menghasilkan sebanyak 200 buah genteng dengan sebanyak tiga tenaga kerja yang bertugas menggencet tanah liat, menggeblek ke bagian mesin dan satu pekerja bertugas meletakkan genteng ke rak (brak) untuk diangin-anginkan sebelum dijemur di bawah terik sinar matahari.

Lihat juga...